
MALANG POST – Sejak 2017 hingga sekarang, pengecatan atau pemeliharaan di Kampung Warna Warni Jodipan, selalu dilakukan setiap enam bulan sekali. Memanfaatkan uang hasil penjualan tiket dan swadaya dari masyarakat kampung.
Hal itu disampaikan Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Warna-Warni Jodipan (KWJ), Agus Kodar, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Sabtu (6/7/2024) kemarin.
“Ramainya pengunjung yang datang ke KWJ, baik weekday maupun weekend, membuat Pokdarwis Jodipan dan masyarakat sekitar, selalu melakukan inovasi untuk pengembangan wisata,” katanya.
Selain itu, tambah Agus Kodar, KWJ juga terus menguatkan potensi rainbow village dan memperindah gambar tiga dimensi. Termasuk menambah program ngopi senja di sore hari, sambil menikmati panorama di KWJ.
“Kemudian juga ada upaya penambahan kegiatan seni dan budaya, untuk sarana edukasi dan masih terus menunggu kerjasama dengan stakeholder terkait. Untuk mengembangkan potensi pariwisata kampung tematik,” jelasnya.
Soal kunjungan wisatawan sendiri, Agus Kodar menyebut, dari 100 persen kunjungan wisata di kampung warna warni Jodipan, 80 persen diantaranya adalah wisatawan mancanegara. Baru sisanya wisatawan lokal. Rata rata kunjungan 200-300 wisatawan perharinya.
“Kampung Warna Warni Jodipan ini, memang sudah terkenal di berbagai negara dan sering dijadikan spot untuk syuting acara skala internasional maupun nasional,” ujarnya.
Selain itu, tambah Agus Kodar, kemudahan regulasi perizinan di Kampung Warna Warni Jodipan, juga menjadi faktor banyaknya pihak yang tertarik menjadikan kampung ini sebagai spot foto, video, film dan lain sebagainya.
Pihak terkait hanya perlu membayar tiket masuk dan bisa memberikan retribusi seikhlasnya, sebagai biaya pemeliharaan.
Sementara itu, Ketua Forkom Pokdarwis Kota Malang, Isa Wahyudi atau akrab disapa Ki Demang menilai, pemeliharaana KWJ dari hasil pemasukan tiket, belum bisa sepenuhnya mengcover pemeliharaan di KWJ. Masih membutuhkan bantuan dari Pemerintah untuk pemeliharaan yang maksimal.
Apalagi warga di KWJ masih memaksimalkan keuntungan dari hasil penjualan tiket, selain sebagai biaya pemeliharaan, juga dimanfaatkan sebagai biaya kebersihan dan keamanan, kompensasi biaya kematian, pembagian sembako dan lain sebagainya.
“Jadi meski terus berkembang, KWJ memerlukan pembenahan terkait pengelolaan sarpras dan membutuhkan bantuan dari banyak pihak, untuk bisa melakukan pemeliharaan secara keseluruhan,” jelas Ki Demang.
Terlebih-lebih, KWJ selalu memberikan banyak inovasi, dengan banyak menambah spot baru, meningkatkan sarana edukasi, hingga swadaya masyarakat untuk pengembangan kampung tematik tersebut.
Selain itu, tambahnya, beberapa pembenahan yang harus dilakukan yaitu peningkatan kualitas SDM, penambahan variasi kuliner khas di Kampung Warna Warni. (Yolanda Oktaviani-Ra Indrata)