Malang Post – Tekanan inflasi Kota Malang pada Maret 2024 meningkat namun masih tetap terjaga di kisaran sasaran inflasi.
Hal ini tidak terlepas dari koordinasi solid yang dilakukan TPID, yang diwujudkan melalui sinergitas yang kolaboratif pada momentum Ramadan dan jelang HKBN Idul Fitri.
Dalam rilis yang diterima Malang Post, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang, menyebut, salah satu bentuk sinergitas dan kolaboratif tersebut, adalah pembukaan Warung Tekan (Wartek) Inflasi Kota Malang, sejak awal Maret dan akan terus dibuka hingga H+7 Idul Fitri. Di tiga lokasi pasar (Pasar Blimbing, Pasar Besar, Pasar Dinoyo).
“Wartek Inflasi ini, menjual komoditas pangan. Seperti beras SPHP, minyak goreng dan gula pasir dengan harga di bawah rata-rata harga pasar. Adapun BI Malang, berkontribusi dengan memberikan bantuan berupa subsidi ongkos angkut,” jelas Febrina, Kepala KPw BI Malang.
Selain itu, juga dilaksanakan sidak pasar, yang dilakukan oleh Pemkot Malang beserta TPID, pada 6 dan 19 Maret 2024, untuk monitoring perkembangan harga yang dilakukan di tiga titik lokasi di Kota Malang yang meliputi dua pasar tradisional (Pasar Tawangmangu & Pasar Blimbing), dua pasar modern (Superindo dan Hypermart) dan pemantauan stock di Depo Pertamina.
“Gerakan Pangan Murah (GPM) yang diselenggarakan oleh Pemkot Malang pada Maret-April di Kota Malang. BI memberikan bantuan berupa subsidi ongkos angkut terhadap pelaksanaan GPM tersebut,” tambahnya.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada Maret 2024 mengalami inflasi sebesar 0,66 persen (mtm), lebih tinggi dari Nasional yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,52 persen (mtm). Maupun Jawa Timur yang mengalami inflasi sebesar sebesar 0,64 persen (mtm).
“Secara tahunan, Kota Malang tercatat mengalami inflasi sebesar 2,90 persen (yoy) dan 0,94 persen (ytd),” sebut alumni UGM Yogyakarta ini.
Selanjutnya, inflasi periode Maret 2024, didorong terutama oleh kenaikan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,48 persen (mtm). Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi yang terjadi pada kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan andil -0,02 persen (mtm).
Jika didasarkan pada komoditasnya, jelas Febrina, inflasi yang terjadi di Kota Malang terutama didorong oleh kenaikan harga pada komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, emas perhiasan, tarif rumah sakit dan jeruk dengan andil 0,21 persen, 0,11 persen, 0,05 persen, 0,04 persen dan 0,04 persen (mtm).
“Inflasi pada komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras, seiring meningkatnya permintaan pada momentum Ramadhan di tengah melonjaknya biaya pakan,” sebut Febrina.
Sementara harga emas perhiasan, terpantau meningkat seiring dengan peningkatan harga emas dunia, yang didorong oleh berlanjutnya tensi geopolitik dan prospek pemotongan suku bunga The Fed pada bulan Juni mendatang.
Selanjutnya, tarif rumah sakit meningkat seiring diterapkannya kebijakan kenaikan tarif RS di Kota Malang sesuai dengan Perda Provinsi Jawa Timur No. 8 tahun 2023 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi, yang terutama terjadi pada komoditas cabai merah dan cabai rawit seiring dengan panen raya cabai pada bulan ini.
“Harga beras terpantau mengalami penurunan, seiring dengan relaksasi HET beras premium oleh Bapanas tanggal 10 Maret s.d. 23 April 2024. Serta telah dimulainya musim panen padi di beberapa sentra produksi,” katanya.
Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia Malang, akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen. (Ra Indrata)