
Malang Post – Perubahan kurikulum adalah suatu keharusan berdasarkan dua faktor. Yaitu pada faktor internalnya, karena Indonesia memiliki wilayah yang luas dan ragam budaya.
Sedangkan faktor eksternalnya, diperlukan inovasi yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman, teknologi dan SDM.
Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar (Pendas) Disdikbud Kota Malang, Dodik Teguh Pribadi, M.Pd., menyampaikan hal tersebut, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Sabtu (30/3/2024).
Menurut Dodik, setiap kurikulum memiliki urgensinya tersendiri dan tidak bisa dibandingkan dengan kurikulum lainnya.
“Contohnya ketika ada peralihan dari kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka. Tentunya terdapat evaluasi pada K13, yang nantinya bisa digunakan untuk pembenahan pada kurikulum selanjutnya, yaitu kurikulum merdeka,” katanya.
Meski diakuinya, ada beberapa hal yang menjadi tantangan dalam implementasi kurikulum merdeka, menjadi kurikulum nasional. Yaitu kesiapan guru dan sarana prasarana. Meliputi laboratorium serta komputer dan lain sebagainya.
Menurut Dodik , saat ini sarana dan prasarana pendidikan di Kota Malang sudah aman. Selain itu, para guru juga sudah mendapat sosialisasi tatap muka maupun online, untuk melakukan pendalaman dan persiapan.
“Karena dalam kurikulum merdeka, setiap guru akan diberikan kebebasan untuk menentukan capaian belajar sesuai kondisi peserta didik dan sejalan dengan tujuan kurikulum merdeka. Untuk membuat pembelajaran yang menyenangkan dan mencetak lulusan yang berkarakter,” tegasnya.
Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Malang, Dr. Pancayani Dinihari, M.Pd., juga membenarkan jika kurikulum merdeka sudah berjalan dengan baik dan para peserta didik, merasa diberi panggung serta dilayani. Sesuai dengan minta bakat , maupun kecepatan belajar.
Menurut Dini, melalui kurikulum merdeka, anak-anak yang sudah paham mengenai minat dan bakatnya. Serta fokus dalam proses belajar mengajarnya, sehingga proses pembentukan karakternya juga semakin baik.
Selain itu, ada beberapa hal yang harus disiapkan dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka tersebut.
Salah satunya dengan memberikan pelatihan kepada para guru, untuk meningkatkan kompetensi sebagai penguatan SDM.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan UM, Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd., menyebut, kurikulum merdeka tentunya bisa meningkatkan perkembangan anak, sesuai dengan minat dan kemampuan.
“Namun kondisi guru saat ini, dinilai belum siap dengan penerapan kurikulum baru. Khususnya di wilayah 3T,” kata Prof. Bambang.
Padahal dalam penerapan kurikulum merdeka menjadi kurikulum nasional, sebutnya, para guru harus mampu membaca potensi anak didik, untuk membantu mengarahkan, sehingga menjadi lulusan yang baik.
Maka dari itu, para guru harus melakukan banyak persiapan. Salah satunya dengan terus menentukan sistem pembelajaran yang inovatif, mampu memilih materi esensial, serta membuat asesmen yang tidak terpaku pada sisi kognitif.
Melainkan pengembangan dari portofolio hasil pembelajaran sehari hari, afektif, kognitif dan psikomotorik. (Yolanda Oktaviani – Ra Indrata)