Malang Post – Di wilayah Kabupaten Malang, angka pernikahan dini cenderung turun. Tetapi di sisi yang lain, angka perceraian justru tinggi.
Hal tersebut ditegaskan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Kabupaten Malang, – Aniswaty Aziz, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Sabtu (16/3/2024) kemarin.
Untuk faktor perceraian itu sendiri, kata Aniswaty, didominasi karena dua faktor. Perselingkuhan dan ekonomi.
“Berdasarkan data di Dinas PPKB Kabupaten Malang, dua faktor itu didominasi dari profesi guru,” tambahnya.
Aniswaty mengakui, kondisi tersebut menjadi concern utama.
Dan sebagai upaya pencegahan yang dilakukan dari Dinas PPKB, untuk calon pengantin diberikan motivasi dan pembinaan. Bekerja sama dengan Kementerian Agama.
Sementara itu, Dekan Fakultas Psikologi UNMER Malang, Dr. Nawang Warsi Wulandari menyampaikan, ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang memutuskan menikah atau tidak.
“Perlu diteliti lebih jauh, terkait faktor dominan kenapa banyak yang menunda pernikahan. Kalau berkaca dengan Jepang, banyak yang menunda pernikahan karena memang belum siap dan ingin menikah di usia matang,” jelasnya.
Selain itu, tambah Dr. Nawang, ketika kesempatan untuk berkarir dan mengembangkan potensi semakin terbuka lebar, khususnya perempuan, menjadi salah satu penyebabnya angka pernikahan turun.
Sedangkan menyoal penurunan angka pernikahan, Dr. Nawang melihat sebagai permasalahan yang kompleks.
Sejumlah faktor seperti degradasi moral, pengaruh dari public figure di sosial media, persepsi anak muda pada pernikahan, bisa mempengaruhi persepsi anak muda terkait pernikahan.
“Keluarga sebagai lingkungan terdekat, bisa mempengaruhi anak muda tidak memutuskan menikah,” tegasnya.
Saat ini, angka perceraian tinggi di Indonesia, berpengaruh pada kecemasan anak muda untuk menikah.
Tapi Nawang mengatakan, anak muda tidak boleh hanya menilai hal buruk, tidak semua pernikahan akan berakhir sama dengan orang lain. (Faricha Umami – Ra Indrata)