Oleh: Dahlan Iskan
WANITA terkaya Vietnam ini sedang diadili: Truong My Lan. Dia dituduh korupsi sebesar –tarik napas– USD 12,3 miliar. Setara dengan lebih Rp 170 triliun.
Umurnyi 67 tahun. Suaminyi orang Hong Kong. Juga pengusaha. Anaknyi dua orang: perempuan semua.
Di Indonesia juga sudah banyak yang diadili dengan nilai dakwaan korupsi bertriliun-triliun rupiah, tapi yang terbesar ”baru” Rp 29 triliun. Jiwasraya itu. Dijatuhi hukuman seumur hidup itu.
Yang di Vietnam ini lebih Rp 170 triliun. Padahal PDB Vietnam kurang dari sepertiga Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi selalu diganggu skandal. Pun di tahun 1975-an: skandal Pertamina. Nilainya: USD 10,5 miliar. Ternyata tidak jauh dari yang terjadi di Vietnam hampir 50 tahun kemudian.
Skandal Pertamina itu, kalau sekarang, juga setara dengan Rp 150 triliun. Bedanya: hukuman bagi Ibnu Sutowo saat itu hanya diberhentikan sebagai dirut Pertamina.
Truong My Lan diperkirakan akan dijatuhi hukuman mati. Rakyat Vietnam marah: diam-diam. Mereka tidak berani bersuara. Pemerintahan komunis Vietnam membungkam mereka.
Mulut dibungkam tapi kasus dibuka. Semuanya. Jumlah terdakwa kasus My Lan ini mencapai rekor: 85 orang. Diadili bersama. Sekaligus. Vonis untuk mereka sudah harus dijatuhkan dalam waktu 60 hari persidangan: 5 Maret – 29 April 2024.
Di usianya yang 67 tahun My Lan masih tampak cantik. Dia pengusaha properti terbesar di sana: PT Van Thinh Phat.
Tahun lalu My Lan membeli rumah kuno di pusat kota Ho Chi Minh seharga USD 800 juta. Peninggalan penjajah Prancis. Itu belum termasuk biaya renovasi besar-besaran yang sedang dilakukan. Renovasi berhenti: My Lan ditangkap.
Kasus My Lan bermula tahun 2012. My Lan masih 56 tahun. Dia juga punya bank. Di dalam grup perusahaannyi tercatat ada sebuah bank.
Tahun itu My Lan diminta pemerintah untuk menyehatkan dua bank lainnya. Caranya: di-merger dengan bank milik My Lan.
Jadilah hasil merger itu: Sai Gon Joint Stock Commercial Bank. Sempat menjadi bank terbesar kelima di Vietnam.
Proses merger itu, kata jaksa di sana, dimanfaatkan oleh My Lan untuk kepentingan perusahaannya. Termasuk, kemudian, memberikan kredit kepada 2.500 peminjam senilai –tarik napas lagi– satu quadrillion dong.
Nilai kurs dong memang lebih rendah dari rupiah. Rp 1 sama dengan 1,5 dong. Di sana bicaranya bukan lagi triliun, tapi quadrillion.
Kredit untuk 2.500 perusahaan/perorangan itu saja sudah senilai dengan 93 persen keseluruhan kredit yang diberikan SCB.
Jaksa menemukan bukti bahwa 2.500 penerima kredit itu sebenarnya jatuh ke perusahaan My Lan semua. Mungkin sama dengan yang pernah terjadi di kredit untuk ribuan petambak udang kita dulu.
Menurut jaksa SCB sendiri sebenarnya qqmutlak milik My Lan. Lebih 90 persen. Lewat berbagai skema yang tidak terlihat.
Dua hari lalu My Lan mendapat giliran ditanya hakim. Dia membantah semua itu. Katanyi: dia hanya memiliki saham kurang dari 5 persen di bank SCB. Yang 10 persen lagi milik dua putrinyi: masing-masing 5 persen. Lalu milik teman-temannyi sesama pengusaha: 30 persen. Sisanya milik para investor asing yang dia tidak tahu siapa mereka.
Sebagian besar investor itu memang My Lan yang mendapatkan. Yakni saat pemerintah minta bantuannyi untuk menyelamatkan dua bank yang sakit.
Dari 85 terdakwa itu 45 orang pejabat SCB sendiri. Yang 15 orang pejabat bank sentral. Ada juga dari BPK-nya Vietnam. Ada juga dari inspektorat.
Status bank SCB adalah bank joint stock. Maka nama lengkapnya: Sai Gon Joint Stock Commercial Bank.
Status bank ‘joint stock’ seperti itu tidak ada di Indonesia. Status itu boleh dibilang mencerminkan belum modernnya sistem ekonomi korporasi di Vietnam.
Di sana juga ada bank asing: HSBC adalah bank asing pertama. HSBC baru masuk Vietnam tahun 2009. Lalu ada bank publik: bank yang sudah masuk bursa saham. Tentu yang terbesar adalah bank BUMN –dengan penyakit lamanya: utang macetnya sulit dikendalikan.
Selebihnya adalah bank joint stock. Dari 49 bank yang ada di Vietnam, 31 di antaranya berstatus joint stock.
Bank terbesar di sana adalah Vietcom Bank. Masuk 100 bank terbesar di Asia. Milik negara. Lalu ada satu bank milik militer: Military Bank.
Ciri utama perusahaan joint stock: dimiliki banyak orang, dicacatkan di pasar modal, saham bisa diperjualbelikan.
Tapi joint stock sangat berbeda dengan perseroan terbatas.
Di perseroan terbatas (PT), pemegang saham ikut bertanggung jawab atas utang perusahaan terbatas sampai pada nilai modal yang disetorkan.
Di perusahaan joint stock tanggung jawab pemegang saham tidak terbatas. Harta pemegang saham yang tidak dimasukkan sebagai setoran modal pun bisa disita bank.
Di negara-negara maju tidak ada lagi status perusahaan joint stock seperti itu. Vietnam pun kelihatannya lagi cari jalan untuk keluar dari situ. Langkah pertamanya: tidak ada lagi penambahan bank joint stock. Permohonan baru tidak diproses.
Dunia bank, apa pun statusnya memang bisa menyimpan banyak Century –ups, misteri. (Dahlan Iskan)