Malang Post – Di wilayah Kota Batu, ada 105 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Dari jumlah tersebut, 101 kasus untuk Demam Dengue (DD) dan delapan kasus Demam Shock Syndrome (DSS).
Data itu disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Batu, dr. Susana Indahwati, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Kamis (14/3/2024).
Untuk sebarannya, tambah dr. Susana, merata di semua kecamatan di Kota Batu. Terbanyak ada di Kecamatan Batu.
“Mitigasi yang dilakukan Dinkes Kota Batu, berupa sosialisasi dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin,” katanya.
Selain itu terkait fogging yang sering ditanyakan masyarakat, dr. Susana menyebut jika fogging tidak langsung dilakukan, ketika angka Demam Berdarah tinggi di daerah tertentu.
Sebab fogging sebagai langkah akhir, karena dampaknya bisa membahayakan manusia.
Dokter Casemix Brimedika, dr. Gita Putri Santoso, menjelaskan soal klasifikasi Demam Berdarah. Yakni demam dengue, demam berdarah dengue dan demam shock syndrome.
Demam dengue, adalah tingkatan terendah demam berdarah. Pasien akan mengalami gejala seperti demam, nyeri seluruh badan, mual, muntah dan nyeri perut hebat.
“Demam berdarah dengue, gejala sama dengan DD. Yang membedakan disini pasien akan mengalami kebocoran plasma darah.”
“Selain itu tingkatan terparah demam shock syndrome, karena pasien bisa mengalami kegagalan organ tubuh,” katanya.
dr. Gita juga menyampaikan, penularan penyakit demam berdarah melalui virus dari gigitan nyamuk aedes aegypti. Pada fase awal, pasien akan mengalami gejala demam sampai satu minggu.
Di hari ke-4 dan seterusnya, lanjutnya, seringkali demam akan turun. Tapi itu sebagai fase kritis dan tidak boleh lengah. Kalau kurang intensif mendapat perawatan bisa semakin parah.
“Pada kasus DBD, pasien akan mengalami penurunan trombosit. Untuk meningkatkan angka trombosit, pasien harus konsumsi asupan yang mengandung asam folat, vitamin B12, vitamin C, vitamin K, daging merah dan sayuran warna hijau,” tegasnya. (Faricha Umami – Ra Indrata)