Malang Post – Mujiati dan Andik Setiawan harus meregang nyawa karena kena DBD. Keduanya adalah ibu dan anak asal Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Andik Setiawan merupakan anak sulung dari pasangan Mujiati dan Supeno.
Supeno menceritakan, dua orang yang sangat disayanginya itu meninggal dunia dalam selang waktu tiga hari. Istrinya Mujiati meninggal karena DBD disertai komorbid diabetes mellitus. Sedangkan Andik meninggal murni karena positif DBD.
“Sebelum pulang ke Batu, sebenarnya Andik tengah menjalani perawatan di sebuah RS di Kalimantan karena sakit DBD. Namun saat mendengar ibunya sakit, dia memilih pulang paksa daei RS ke Batu untuk menjenguk ibunya,” tutur Supeno, Rabu, (6/5/2024)
Ayah dua anak itu menduga, Andik kena DBD saat pulang ke Kota Batu. Sebab sebelum dia di rawat di sebuah RS di Kalimantan, Andik juga sempat menjenguk ibunya yang sakit. Namun setibanya di Kalimantan, dia harus masuk RS.
“Lalu saat menjalani perawatan dia memilih kembali ke Batu untuk menemani ibunya. Mungkin saat balik lagi ke Kota Batu ini, Andik sedang berada di fase kritis,” tuturnya.
Lebih lanjut, Supeno juga menceritakan, di dalam keluarganya, yang jatuh sakit pertama kali adalah dirinya. Kemudian disusul istri dan anaknya. Di lingkungannya, bukan hanya keluarga Supeno saja. Namun juga ada beberapa warga lain yang kena penyakit itu.
Dengan kondisi tersebut, ada warga yang menolak untuk dibawa ke rumah sakit. Bujukan pemerintah desa diabaikan, hingga akhirnya Dinas Kesehatan dan Kecamatan Bumiaji datang ke rumah warga yang menolak untuk dibujuk secara persuasif. Hingga akhirnya warga tersebut secara sadar bersedia diobati.
Berbagai upaya Dinas Kesehatan Kota Batu sudah dilakukan beberapa pekan ini. Selain secara rutin menerjunkan tim jumantik, juga dilaksanakan gerakan massal satu kota melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Selain itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu juga melaksanakan fogging (pengasapan) di sekitar tempat tinggal Supeno.
Plt Kepala Dinkes Kota Batu, Aditya Prasaja mengatakan, pihaknya terpaksa melakukan pengasapan karena ada beberapa indikator yang mengharuskan dilakukan pengasapan.
“Ditempat ini ada 1 orang meninggal dunia, yang positif DBD ada 3 orang dan ada beberapa suspect,” jelasnya. Lebih lanjut Aditya menjelaskan bahwa angka bebas jentik dibawah 95 persen adalah kondisi berbahaya. Sementara di sekitar tempat tinggal Supeno angka bebas jentiknya 71 persen.
“Jadi banyak sekali jentiknya, sampai di genangan dangkal saja ada jentiknya. Kita sudah lakukan PSN dengan memusnahkan sarang nyamuk dan hari ini kita lakukan fogging untuk membunuh nyamuk dewasa,” tutupnya. (Ananto Wibowo)