Malang Post – Universitas Negeri Malang (UM), menggelar sidang paripurna Majelis Senat Akademik Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (MSA PTN-BH) tahun 2024. Bertema: “Refleksi, Tantangan dan Arah Masa Depan PTN Badan Hukum Indonesia”. Di Gedung Cakrawala Universitas Negeri Malang, kemarin.
Sidang digelar untuk menjawab tantangan dan dinamika pengelolaan perguruan tinggi. Pimpinan Senat Akademik dari 21 PTN-BH, yang terhimpun dalam MSA PTN-BH, terus berupaya memberikan kontribusi, bagi peningkatan kualitas pendidikan tinggi Indonesia.
Sesuai peran Senat Akademik, sebagai salah satu organ universitas, yang mempunyai tugas meningkatkan mutu Pendidikan Tinggi, perlu merespon dengan cepat dan tepat terhadap perkembangan di luar.
Perguruan Tinggi, harus secara strategis dan cerdas, bersiap dan memiliki solusi atas permasalahan yang dihadapi masyarakat dan bangsa Indonesia. Dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Ipteks).
“Seperti doa yang kita panjatkan bersama tadi. Semoga kita selamat dunia akhirat serta senantiasa diberikan kesehatan baik lahir maupun batin.”
“Kebetulan prinsip yang ada di kampus UM, adalah untuk menjadi kampus yang sehat, cerdas, dan jujur sehingga bisa mencerdaskan semuanya,” sebutnya dalam sambutan.
PARA PAKAR: Rektor UM, Prof. Dr. Hariyono, M.Pd., bersama narasumber dan motivator yang hadir dalam sidang paripurna. (Humas UM for Malang Post)
Prof. Hariyono juga menyampaikan, perguruan tinggi adalah cikal bakal sebuah peradapan, dimana peradapan dapat tercipta melalui pemikiran-pemikiran yang bisa dikembangkan bersama.
Salah satu miskomunikasi kurang berkembangnya sebuah peradapan, tambahnya, adalah kurangnya informasi dan sharing komunikasi. Hadirnya forum diskusi MSA PTN-BH ini, diharapkan tercipta sebuah gagasan gagasan baru yang bermanfaat.
Oleh karena itu, kata Rektor UM, kegiatan ini menjadi sangat penting dalam rangka bertukar informasi dan gagasan antar PTN-BH. Dalam menghadapi perkembangan teknologi saat ini yang tidak mungkin dihindari.
“Kabar baiknya, sebagai pimpinan UM, tentu dengan hadirnya forum diskusi MSA PTN-BH ini, akan kita manfaatkan dengan betul. Kehadiran orang-orang penting ini sebagai dosen tamu di prodi – prodi yang kita miliki, sehingga ilmu yang disalurkan akan sangat berguna bagi kami di UM,” lanjutnya.
Prof. Hariyono juga berpendapat, usulan pemberian gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) dan Profesor kehormatan (Profesor Honoris Causa), apakah PTN-BH harus mengobral gelar tersebut.
“Sehingga dengan adanya forum diskusi ini, diharapkan akan tercipta pemikiran dan keputusan-keputusan yang dapat diangkat, sebagai kesepakatan bersama sebagai pegangan,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, Plt. Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Prof. Tjitjik Sri Tjahjandarie, Ph.D. yang datang sekaligus menjadi narasumber, bersama Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA (ketua MWA ITS), Prof. Dr. Waras , M.Pd asal UM serta Professor Dominic dari Singapura, menyampaikan gagasan gagasan dari pemerintah perihal rencana pengembangan PTN-BH ke depan.
Sementara narasumber lainya, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA membawakan materi yang bertemakan: “Refleksi Perjalan Perkembangan Pendidikan Tinggi”.
Dilanjutkan Prof. Dr. Waras , M.Pd asal UM, perihal transformasi peradaban akademik PTN Badan Hukum. (PTN-BH). (M. Abd. Rahman Rozzi)