Malang Post – Merokok sampai seks bebas, bisa berakibat pasangan suami istri (pasutri) sulit hamil. Sekalipun juga ada penyebab lain, yakni karena faktor hormonal.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) RSU Brimedika Malang, dr. Nyoman Luwang, Sp.OG., menyebutkan hal tersebut, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Jumat (23/2/2024).
“Ketika melakukan seks bebas, jamur bisa menjadi faktor orang mengalami sulit hamil. Termasuk juga ketika seseorang merokok, kandungan bahan di dalam rokok itu berbahaya juga,” katanya.
Dokter Luwang juga menjelaskan, obesitas juga bisa mempengaruhi indung telur mengalami PCO. Atau dalam kondisi indung telur jumlahnya banyak, tapi tidak bisa dibuahi.
Selain itu, ada faktor lain yang menyebabkan orang susah punya anak atau infertilitas. Yakni gaya hidup sampai faktor hormonal.
“Untuk lebih jelas, pasutri itu infertilitas atau tidak, dengan melakukan pengecekan ke dokter keduanya. Bukan hanya perempuannya saja,” tandasnya.
Orang dikatakan infertilitas, tambahnya, juga harus memenuhi beberapa hal dulu. Salah satunya, seperti sudah satu tahun lebih belum hamil. Kondisi tersebut harus di cek lebih lanjut, sebelum mendiagnosa sendiri.
Salah satu pejuang garis biru, Nurul Nina Indasari, lantas bercerita. Bagaimana upayanya untuk ikut program hamil. Yakni dengan mengikuti beberapa saran dari teman-temannya.
“Bahkan untuk bisa mengikuti program hamil, saya mengikuti komunitas sesama pejuang garis biru. Jadi saya butuh waktu 7,5 tahun usia pernikahan, baru dikaruniahi kehamilan,” katanya.
Sebelumnya, dia sempat ikut program kehamilan yang kedua dan hampir berhasil. Tapi setelah beberapa bulan, janin tidak berkembang.
Sementara itu, Kepala Pusat Studi Fakultas Psikologi UNMER Malang, Al Thuba Septa Priyanggasari, S.Psi., M.Psi., Psikolog., menambahkan, kondisi pasutri yang mengalami kesulitan kehamilan, sering terjadi stigma perempuan yang disalahkan. Sehingga menambah mental block kemudian stres dan mempengaruhi hormonal.
“Perempuan itu memiliki potensi stres yang sangat tinggi daripada laki laki. Maka dari itu, support sekitar untuk menjaga tingkatan stress sangat penting. Untuk membuat pasutri bisa berhasil hamil,” lanjutnya.
Al Thuba menambahkan, pasangan suami istri harus cek berdua ke dokter, untuk mengetahui permasalahannya dimana. Kemudian dapat perawatan dari dokter, yang sebenarnya perawatan itu juga harusnya dilakukan untuk psikis pasutri.
Karena saat ini, katanya, masih ada stigma di masyarakat. Ketika ada pasutri yang belum juga diberikan momongan, yang disalahkan pihak perempuan.
“Di kondisi seperti ini, seharusnya keluarga -utamanya suami- harus bisa support istrinya. Karena kondisi mental juga sangat mempengaruhi,” tandasnya.
Al Thuba menambahkan, terkadang kondisi realitanya, justru ketika masih di kondisi mengikhtiarkan untuk bisa dapat momongan, lingkungan tidak support. Orang orang justru dengan pertanyaan yang menyinggung pasutri. (Wulan Indriyani – Ra Indrata)