![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2024/02/WhatsApp-Image-2024-02-16-at-08.48.48-1024x576.jpeg)
Malang Post – Masyarakat harus tahu sistem yang dipakai oleh lembaga survei. Karena metode yang dipakai dengan menggunakan sampel dari TPS tertentu dan exit poll.
Relawan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) Malang, Dr. Frida Kusumastuti, M.Si mengatakan hal tersebut, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Jumat (16/2/2024).
Frida menyebut, masyarakat seharusnya tidak mencurigai hasil dari lembaga survei. Karena metodenya benar-benar sangat diperhitungkan.
Selain itu, Frida juga menyoroti ada banyak hoaks yang tersebar sejak pra pemilu sampai paska pemilu.
“Dengan adanya media sosial, semua orang bebas bernarasi. Jadi penting masyarakat bisa memfilter informasi yang diterima,” katanya.
Sementara Dosen Ilmu Politik FISIP UB, yang juga Senior Researcher Center for Election and Political Party FISIP UI, Dr. Abdul Aziz menyampaikan, quick count yang dihasilkan oleh lembaga survei, adalah sebagai prediksi awal. Bukan hasil akhir dari perolehan suara Pemilu 2024.
Sementara untuk real count dari KPU, yang sudah dipublish dengan data masuk sekitar 50 persen per hari ini.
“Data diinput dengan cara manual, hasilnya pun juga belum bisa dipastikan sama dengan hasil akhir,” katanya.
Selain itu, paslon yang menunjukkan perolehan suara 50 persen + 1, belum diklaim menang. Karena ada syarat lain yang masih harus dipenuhi, yaitu kemenangan suara di 20 provinsi.
Aziz menjelaskan, presiden yang terpilih secara resmi akan diumumkan oleh KPU, setelah dipastikan tidak ada gugatan yang diajukan dari paslon dengan suara rendah.
“Meski kalau pun ada gugatan, juga tidak dipastikan akan dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi,” tegasnya. (Faricha Umami – Ra Indrata)