
Malang Post – Dokter Hematologi Onkologi Anak RSSA Malang, dr. Susanto Nugroho mengatakan, setiap tahunnya terdapat peningkatan sekitar 100-120 anak pengidap kanker di Malang.
Setiap harinya ada 30-35 anak, yang harus menjalani kemoterapi. Serta ada penambahan tiga pasien baru setiap minggunya.
Penegasan itu disampaikannya saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Kamis 915/2/2024).
Kata dr. Susanto, kanker pada anak menyerang 5 persen dengan penyakit terbanyak pada anak yaitu leukimia, tumor kelenjar getah bening, tumor otak dan tumor mata.
“Banyak pasien yang datang dengan stadium tinggi dan terlambat ditangani. Jadi orang tua harus memahami beberapa gejala kanker pada anak,” katanya.
Penyebab kanker anak, tambahnya, dipengaruhi oleh dua faktor utama. Yaitu faktor genetik 10 – 15 persen dan faktor lingkungan yang meliputi paparan radiasi, bahan kimia dan virus.
Selain itu, juga diperlukan adanya deteksi dini pada anak, agar tidak sampai terlambat. Apalagi jika anak memiliki ciri- ciri wajah pucat, pendarahan, gusi berdarah, lebam dan pembesaran benjolan.
Yang juga perlu diantisipasi, sebutnya, ketika anak demam namun tidak tinggi tapi berkepanjangan. Lalu sering berkeringat di malam hari, disertai penurunan berat badan drastis, nyeri tulang, perut membengkak karena pembengkakan liver dan nyeri kepala hebat pada pagi dan malam.
‘Semoga pemerintah membuat regulasi penggunaan bahan makanan, yang menggunakan pestisida dan insektisida, dengan membuat penandaan di kemasan, serta tata cara menghilangkan zat tersebut,” jelasnya.
Ketua KPKI (Komunitas Peduli Kanker Indonesia), Wiwik Susanti menambahkan, banyak pengidap kanker yang tidak mendapat pendampingan dan dukungan keluarga. Sehingga harus didampingi oleh pihak komunitas saat melakukan kontrol, maupun dalam pengurusan pengobata.
“Selain itu, kesulitan lain yang sering dihadapi yaitu minimnya biaya dan donasi yang terkumpul di komunitas, juga tidak bisa banyak membantu para pengidap kanker,” lanjut Wiwik.
Maka dari itu, pihak komunitas fokus untuk melakukan pendampingan. Khususnya pada orang tua dan perempuan, agar mereka tidak merasa sendiri, tidak gampang mengeluh, menjadi lebih bahagia dan melupakan rasa sakitnya sejenak. Untuk meningkatkan optimisme untuk pulih.
Sementara itu Ketua Sahabat Anak Kanker, Nur Very Heni Susanto menyampaikan, saat dirinya dan komunitas memfasilitasi mainan kepada anak-anak pengidap kanker. Hal itu membuat hormon bahagianya meningkat dan terbukti memberikan pengaruh baik, pada saat melakukan kemoterapi.
“Usia anak-anak merupakan usia bermain. Jika anak mengalami sakit yang serius, orang tua tetap harus memunculkan perasaan bahagia pada anak, dengan fokus pada aktivitas bermainnya. Mengajak bercerita dan kegiatan positif lainnya, agar anak semakin optimis dalam menghadapi penyakitnya,” katanya. (Yolanda Oktaviani)