
DIPECAT: Ichaka Diarra, pemain Arema FC yang tersingkir setelah kedatangan Fernando Valente, menuding pelatihnya sebagai pelatih rasis. (Foto: Arema Official)
Malang Post – Manajemen Arema FC sudah memberikan peluang kepada Jose Fernando Martins Valente, pelatih asal Portugal, untuk bisa membawa Arema FC keluar dari zona degradasi. Paling tidak, kesempatan itu ada pada 15 laga yang dia pimpin.
Tetapi kenyataannya, pelatih berlisensi UEFA Pro tersebut, tidak mampu menjawab ekspektasi Singo Edan. Hingga di pekan ke-24, justru di kandang sendiri, Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali. Arema FC kalah telak 1-4 lawan PSIS Semarang.
Sejak resmi membesut Arema FC pada 23 Agustus 2024, Fernando Valente, hanya mampu menghadirkan lima kali menang, tiga kali seri dan tujuh kali kalah. Posisi Arema FC pun tetap berada di zona degradasi. Peringkat ke-16 dari 18 kontestan Liga 1 musim 2023/2024.
Puncaknya pada 9 Februari 2024, atau selama 170 hari Fernando Valente bersama Arema FC, kebersamaan itu disudahi. Pelatih 64 tahun itu dipecat.
Melalui General Manager Arema FC, Muhammad Yusrinal Fitriandi, pemutusan hubungan kerjasama itu, juga atas dukungan pemain Arema FC. Johan Alfarizie dan kawan-kawan sepakat, Fernando Valente tidak lagi perlu ada di skuad Singo Edan.
Dan tampaknya, ‘kesepakatan’ itu juga muncul dari mantan pemain Arema FC, yang ketika Fernando Valente datang, pemain itu harus ‘dipecat’ dari Arema FC. Lantaran tidak masuk dalam rencana Fernando Valente.
“These very good now Arema can come back as before (Ini kabar baik sekarang Arema bisa kembali seperti semula),” tulis Ichaka Diarra, memberikan komentar terhadap Instagram Arema FC, yang melansir pemecatan Fernando Valente.
“Because this coach knows nothing Arema has good players but the coach does not know how to deal with his players. (Karena pelatih ini tak tahu menahu Arema punya pemain-pemain bagus tapi si pelatih tidak tahu cara berhadapan dengan pemainnya),” lanjutnya.
Tidak itu saja, pemain berpaspor Mali itu bahkan menuding Fernando Valente, sebagai pelatih rasis. Yang melihat warna kulit dalam menyusun komposisi tim.
“A coach who does not respect these players a racist coach who does not like black people. (Pelatih yang tidak bisa menghormati pemainnya, pelatih yang rasis karena tak suka pemain berkulit hitam),” kata pemain berusia 29 tahun ini.
Ichaka Diarra sendiri, sejak Fernando Valente masuk ke Arema FC di pekan ke-10, hingga akhirnya memutuskan keluar dari Arema FC di pekan ke-20, tidak pernah lagi menjadi pemain inti.
Dari 11 laga bersama Fernando Valente, pemain dengan tinggi 191 cm itu, hanya tiga kali sempat bermain. Itupun dari bangku cadangan dan total hanya 163 menit. Selebihnya hanya berada di bangku cadangan atau bahkan tidak ada dalam daftar susunan pemain.
“My heart is with Arema and good luck for maintaining and I’m sure that Arema will go out in the degradation zone Aremaniaaaa forever. Hatiku selamanya bersama Arema dan semoga sukses untuk bertahan dan aku yakin Arema akan keluar dari zona degradasi, Aremania selamanya,” imbuhnya.
Sebelumnya, manajemen Arema FC menyebut, pergantian Fernando Valente ke Widodo Cahyono Putro, karena alasan strategis.
“Figur pelatih lokal menjadi pilihan utama, karena di rentang waktu yang tersisa Arema FC harus meminimalisir risiko, termasuk proses adaptasi.”
“Artinya di waktu yang ada ini, kami harus memiliki opsi-opsi strategis. Pelatih lokal dipilih karena dari sisi adaptasi mungkin tidak butuh waktu lama.”
“Demikian juga dengan komunikasi dengan pemain, ini yang penting. Karena harus kita akui, proses adaptasi kalau dengan pelatih asing itu tidak membutuhkan waktu yang singkat. Pergantian ini juga didukung oleh pemain,” ungkap Muhammad Yusrinal Fitriandi. (*/ Ra Indrata)