Malang Post – Menikah itu lebih dari sekadar hidup berdua. Namun banyak hal yang harus dipersiapkan. Mulai dari kesehatan fisik dan persiapan mental.
Karena saat ini banyak kasus ibu muda yang meninggal, banyaknya anak lahir stunting, suami yang belum siap berkomitmen dan tidak bertanggung jawab. Hingga permasalahan pernikahan lainnya.
Ketua Insan GenRe Kabupaten Malang, Amilia Dwi Yanti menegaskan hal itu. Saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Kamis (8/2/2024).
Menurut Amilia, jika tidak dipersiapkan dengan matang, maka akan banyak ketidaksiapan yang berakibat fatal.
“Pernikahan merupakan hal yang sakral dan membutuhkan persiapan yang matang, agar kehidupan setelah menikah menjadi lebih terarah,” katanya.
Sementara untuk peran dari Insan GenRE, katanya, selalu melakukan sosialisasi ke sekolah dan remaja tiap desa. Dengan menekankan poin perencanaan serta kesehatan reproduksi.
Kemudian memberikan sosial support, agar remaja jadi lebih produktif, serta terhindar dari keinginan menikah muda hingga menjadi jamur (Janda di bawah Umur).
Dalam pandangan Dosen Fakultas Psikologi UNMER Malang, Ratih Agustin Rachmaningrum, pada usia remaja sangat identik dengan masa pencarian jati diri.
Pada masa ini, peran sekolah, orang tua maupun lingkungan, memiliki andil besar untuk saling berkolaborasi.
“Orangtua harus peka saat masa puber anak remaja dan bisa lebih sigap untuk menyiapkan lingkungan yg baik, kondusif, serta memikirkan dampak dan outputnya.”
“Orang tua juga harus memberikan tontonan yang menarik dan mengedukasi. Serta melakukan banyak kegiatan bersama, yang positif dan produktif. Agar anak merasa memiliki teman dan support system. Serta mudah untuk berbagi dan mengutarakan banyak hal,” sebutnya.
Selain itu, masih kata Ratih, pihak sekolah juga membutuhkan media, dalam menunjang proses anak dalam pencarian jati diri.
Mulai dari memberikan contoh yang baik, memberikan pemahaman tentang pendidikan seksual sejak dini. Agar anak menjadi lebih paham mengenai kesehatan reproduksi, yang outputnya bisa meningkatkan proteksi diri.
Terkait terjadinya perceraian dini di Malang, Kepala Dinas PPKB Kabupaten Malang, Aniswaty Aziz menyampaikan, beberapa faktor menjadi penyebab. Seperti karena kehamilan yang tidak diinginkan, kemudian usia anak yang kurang dari 20 tahun. Jadi masih belum matang secara mental maupun fisik, sehingga tidak siap menjadi seorang ibu muda.
“Faktor lain yang mendorong perceraian di usia sekolah, karena pergaulan ibu muda yang kurang terarah dan membuat mereka mengambil keputusan perceraian,” jelasnya.
Sayangnya menurut Aniswaty, anak-anak banyak yang belum mendapat edukasi seksual yang baik. Padahal jika anak sudah terpapar dengan edukasi kesehatan reproduksi, mereka jauh lebih bisa menjaga diri dengan baik dan minim keinginan menikah muda. (Yolanda Oktaviani – Ra Indrata)