Malang Post – Patung Dewi Kwan Im, jadi patung utama yang disembahyangi di Klenteng Kwan Im Tong Kota Batu. Patung itu usianya sudah lebih dari 100 tahun seabad. Terbuat dari Kayu Cendana asli dari Tiongkok.
Pengurus Kelenteng Kwan Im Tong Kota Batu, Handy Wijaya menyatakan, patung Dewi Kwan Im itu bertinggi 70 centimeter. Patung itu merupakan patung utama di Klenteng tersebut. Karena usianya yang sudah sangat tua, beberapa sisi di patung tersebut sudah ada yang mengelupas.
“Untuk yang disembahyangi di dalam Klenteng merupakan tokoh yang seumur hidupnya disegani. Baik secara spiritual maupun kerohaniannya. Contohnya seperti di Klenteng ini, patung utama yang disembahyangi adalah patung Dewi Kwan Im,” jelas dia, Kamis, (8/2/2024).
DEWI KWAN IM: Patung Dewi Kwan Im yang ada di Klenteng Kwan Im Tong Kota Batu usianya sudah lebih dari 100 tahun. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Handy membeberkan, Klenteng-klenteng di Indonesia yang usianya sudah ratusan tahun. Rata-rata punya patung asli dari Tiongkok. Di Klenteng Kwan Im Tong sendiri, total terdapat sekitar 60 patung.
“Patung utama dalam setiap Klenteng juga berbeda-beda. Di Jatim yang menggunakan patung utama Dewi Kwan Im hanya di Kota Batu dan Pamekasan. Sedangkan di Klenteng Malang menggunakan Dewa Bumi. Tapi rata-rata patung utama di setiap Klenteng di Jatim adalah Dewa atau Dewi Bahari,” paparnya.
Lebih lanjut, Handy juga menceritakan, bagaimana asal muasal patung Dewi Kwan Im tersebut bisa sampai ke Kota Batu. Setelah dibawa dari Tiongkok, patung tersebut diwariskan terlebih dahulu kepada orang Surabaya. Setelah beberapa waktu di Surabaya, kemudian oleh orang Surabaya patung tersebut diwariskan ke Klenteng Kwan Im Tong.
“Dewi Kwan Im ini terkenal dengan julukan dewi welas asih. Jadi sangat sering menolong penderitaan umat manusia. Dia juga bisa menjelma menjadi berbagai macam wujud. Bahkan digambarkan 1000 tangan dan sering berubah. Tergantung pertolongan seperti apa yang akan diberikan. Hingga muncul dua versi, dimana banyak yang bilang Dewi Kwan Im adalah laki-laki,” tutupnya. (Ananto Wibowo)