Malang Post – Dari 763 lulusan Universitas Brawijaya (UB), yang diwisuda Sabtu (20/01/2024) di Gedung Samantha Krida, terdapat dua wisudawan difabel. Mereka adalah Duwi Purnama Sidik, S.Kom dan Elo Kusuma Alfred Mandeville, S.Tr.Ds.
Duwi Purnama Sidik, yang biasa dipanggil Duwik, lulus dengan IPK 3,65 dengan masa studi 3 tahun 11 bulan dari Fakultas Ilmu komputer, Program Studi Teknik informatika. Bahkan saat ini, Duwik tengah melanjutkan studi S2 Ilmu Komputer dengan program Fast Track.
“Sebagai mahasiswa daksa kursi roda, saya ingin ke depannya bisa bekerja dengan duduk. Jurusan Teknik Informatika menjadi salah satu opsi. Selain itu, dari kecil saya suka segala hal yang berbau teknologi dan prospek kerja jurusan ini bagus,” paparnya kepada Prasetya Online.
Selama kuliah di UB, Duwik mengaku mendapatkan banyak kemudahan. Baik dalam hal akademik maupun non akademik.
Duwik juga aktif mengikuti berbagai organisasi dan kepanitiaan untuk menambah relasi dan mengasah soft skill nya.
Ia tercatat pernah menjadi anggota Pusat Komunikasi dan Informasi di Eksekutif Mahasiswa (EM), menjadi Ketua Departemen Humas di Badan Internal Olahraga dan Seni (BIOS), mengikuti kepanitiaan seperti Informatics Education and Learning for Society Enhancement, Pekan Olahraga dan Seni Mahasiswa Baru, Olahraga dan Seni, serta Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar.
“UB memiliki Pusat Layanan Disabilitas (PLD), yang membantu memudahkan perkuliahan. FILKOM juga menyediakan banyak akses untuk kursi roda, sehingga memudahkan mobilisasi. Dosen dan Tenaga Kependidikan juga sangat support perkuliahan. Kalau ada kendala saya sampaikan saja, pasti dibantu,” kata pria asal Banyuwangi ini.
Duwik berpesan kepada teman-teman difabel yang ingin melanjutkan studi agar tidak takut, karena di banyak orang baik yang akan membantu apabila kita menyampaikan kesulitan.
“Tunjukan apa yang kau mampu, maka orang akan melihat kemampuanmu bukan keadaanmu,” tandasnya.
SUKSES: Elo Kusuma Alfred Mandeville, saat menerima gelar sarjana dari Rektor Universitas Brawijaya dalam prosesi wisuda di Gedung Samantha Krida.(Foto: Istimewa)
Sedangkan Elo Kusuma Alfred Mandeville, lulus dengan IPK 3,47 dari Program Studi Desain Grafis, Fakultas Vokasi. Saat ini Elo sudah diterima bekerja di dua tempat, yakni di AIDRAN (Australia-Indonesia Disability Research) yang berpusat di Australia dan sebuah industri Kreatif yang berlokasi di Malang sebagai social media officer dan content making.
Disabilitas daksa pada kedua tangan, tidak menjadikannya alasan untuk membatasi dirinya. Selama kuliah Elo aktif mengikuti berbagai organisasi, di antaranya Eksekutif Mahasiswa pada bidang Advokasi, dan UKM Forum Mahasiswa Peduli Inklusi (FORMAPI) di bidang Humas.
Ia bahkan pernah didapuk menjadi MC di konferensi internasional yang diadakan oleh AIDRAN-FH UB pada tahun 2019 yang mengantarkannya diterima bekerja di NGO tersebut.
“Konferensi yang diadakan tentang Interns Conference on Disability Rights. Saat itu saya satu-satunya mahasiswa difabel yang fasih berbicara bahasa Inggris di depan banyak orang, sehingga diminta menjadi MC. Selanjutnya saya beberapa kali terlibat dalam kegiatan AIDRAN, dan sangat bersyukur bisa mendapat kesempatan bekerja,” terang pria asal Denpasar, Bali ini.
Dengan minatnya di bidang video editing, ke depannya Elo ingin melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di bidang minat perfilman.
“Semoga teman-teman difabel bisa lebih semangat dalam meraih impian apapun itu. Karena saat ini lingkungan sosial dan kampus mulai menyediakan fasilitas dan akses untuk teman-teman disabilitas. Dengan adanya akomodasi tersebut, jangan sampai disia-siakan, karena kesuksesan berawal dari hal kecil,” pungkas Elo. (M. Abd. Rahman Rozzi)