Malang Post – Kontestan Pemilu 2024, saat ini berlomba-lomba untuk memaksimalkan sosial media, guna membentuk image di masyarakat.
Mereka memanfaatkan teknologi digital, sebagai media kampanye. Meski demikian, masih banyak masyarakat yang belum mengenal para calon legislatif.
Relawan MAFINDO, Novi Ratriningtyas, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk menjelaskan, di era digital yang serba cepat, apalagi untuk akses berita, membuat informasi-informasi hoaks mudah sekali tersampaikan ke masyarakat.
“Bahkan sekarang masyarakat dengan mudah menjadi komunikator dan membuat berita sendiri. Lalu disebarkan informasi itu melalui akun media sosial yang dipunya,” katanya di acara yang disiarkan Radio City Guide 911 FM, Senin (15/1/2024).
Karenanya, imbuh Novi, sekarang banyak para buzzer yang bersebaran. Termasuk juga para buzzer yang sifatnya relawan. Fokus mereka membentuk opini publik.
“Berita hoaks itu sendiri banyak jenis dampaknya. Seperti sifatnya yang menghasut sampai menipu. Maka dari itu, tugas MAFINDO adalah memberikan literasi yang baik pada masyarakat,” tandasnya.
Kepala Dinas Komunikasi Kota Batu, Onny Ardianto, menambahkan, di tengah maraknya berita hoaks, masyarakat dihimbau bisa menggunakan konsep S3. Yaitu saring sebelum sharing,” katanya.
Karena melihat kebenaran berita, sebelum disebarkan itu sangat penting. Mengingat di sosial media itu, penyebaran info begitu cepat. Bahkan penyumbang penyebaran hoaks cukup besar. Mencapai 31,9 persen dari total pengguna internet.
Menyoal kesiapan untuk kesuksesan Pemilu 2024, Onny menyebut, sejauh ini pihaknya sudah berjejaring dengan Bawaslu dan KPU. Melalui sinergi komunikasi, koordinasi juga sering dilakukan atas inisiasi Bakesbangpol.
“Diskominfo Kota Batu juga sebarkan X Banner di setiap kelurahan, untuk imbauan masyarakat supaya lebih selektif dengan informasi yang diakses.”
“Kominfo daerah memang tidak ada kewenangan untuk takedown. Tapi kalau ada laporan masuk ke Bawaslu, akan kami teruskan ke Dirjen APTIKA Kementerian Kominfo,” sebutnya.
Sementara itu, Ketua Bawaslu Kabupaten Malang, Mohamad Wahyudi mengakui, selama ini pihaknya siap menangani informasi-informasi hoaks yang berkaitan dengan pemilihan umum.
“Kalau soal laporan berita hoaks besar yang masuk Bawaslu, sempat ada satu laporan. Itupun mengarah ke politik identitas di salah satu kecamatan di Kabupaten Malang. Setelah laporan masuk, semua terselesaikan dengan baik,” katanya.
Wahyudi optimis, masyarakat Kabupaten Malang semakin teredukasi, untuk memilah informasi di tengah tahun politik.
Terlebih Bawaslu juga sudah membentuk Pokja pengawasan isu-isu hoaks, yang didalamnya terdiri dari kalangan profesional, media, akademisi maupun TNI-POLRI. (Wulan Indriyani – Ra Indrata)