SINERGI: Dalam jumpa pers, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Suharso Monoarfa, bersama petinggi Universitas Brawijaya, menegaskan siap bekerjasama. (Foto: M. Abd. Rahman Rozzi/Malang Post)
Malang Post – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Suharso Monoarfa menyatakan siap bekerjasama, untuk membangun RS Pendidikan Universitas Brawijaya (RSP UB).
Hal tersebut disampaikannya, dalam Dies Natalis ke-61 Universitas Brawijaya Malang. Yang dilaksanakan di Gedung Samantha Krida, mengangkat tema: “Sehat Bermatabat”.
Karenanya, Suharso berharap akan ada kerjasama yang dilakukan antara universitas dengan Bappenas, khususnya terkait Rumah Sakit Pendidikan.
“Kita ingin mendorong kerjasama antara UB dan Unair, dalam mengatasi adanya penyakit tertentu.”
“Seperti misalnya dalam mengatasi Demam Berdarah, saat ini riset intens sudah dilakukan di UGM, penyakit kanker di Unpad dan teknologi medicine dengan ITB.”
“Jadi di UB ada yang lebih khusus lagi. Nanti akan kita gali dan mudah-mudahan bisa segera kita realisasikan,” katanya.
Suharso juga berharap, UB bisa menjadi institusi yang mampu memanfaatkan riset terapan dengan berbasis sumber daya yang dimiliki.
“Seperti contohnya UB kuat dengan teknologi pertaniannya, maka bagaimana peternakan bisa mengatasi permasalahan supply daging impor padahal ada hubungan yang kuat antara Fakultas Peternakan, Industri dan pemerintah lokal,” katanya.
MEGAH: Rapat Terbuka Dies Natalis ke-61 Universitas Brawijaya di Gedung Samantha Krida, Jumat (5/1/2024). (Foto: M. Abd. Rahman Rozzi/Malang Post)
Dalam kesempatan yang sama, Rektor UB Prof. Widodo menambahkan, berdirinya rumah sakit pendidikan, tidak hanya sekedar untuk mengobati pasien. Akan tetapi menjadi institusi yang bisa merespon isu-isu kesehatan global, termasuk stunting dan diabetes.
“Perguruan tinggi diberi amanah untuk mengembangkan keilmuaan di bidang kesehatan. Lewat Rumah Sakit Pendidikan nantinya, akan berisi riset-riset yang bisa melakukan terapi dan diagnosis yang teknologinya belum ada dan inlining dengan SDM dan para profesor,” katanya.
Mantan Dekan FMIPA tersebut menambahkan, perguruan tinggi memiliki kewajiban untuk mengembangkan SDM, yang memahami dalam bidang riset, khususnya sains dasar. Oleh karena itu, UB akan merespon dengan membuka prodi material science dan the future science.
Sedangkan Ketua Pelaksana Dies Natalis, Prof. Dian Handayani SKM., Mkes., PhD, yang mengatakan, tema sehat yang diangkat bermakna bahwa tidak harus sehat secara individu. Tapi juga secara civitas akademika, organisasi dan institusinya.
“Sehat dalam sebuah institusi, berkaitan dengan kepemimpinan terbuka dan akuntabel,” ungkap Prof. Dian.
Guna mendukung makna sehat bagi sivitas akademika, dalam kegiatan kali ini juga dilakukan skrining kesehatan bagi para dosen bergelar profesor dan pimpinan serta tendik.
Menurutnya, yang dimiliki UB seperti dosen, pimpinan dan tendik, merupakan aset institusi yang harus dijaga kesehatannya. Agar dapat meraih prestasi yang optimal.
Diharapkan sivitas UB dapat terus bekerja dan berkarya tanpa harus mengalami masalah burnout dan kelelahan kerja.
Ditambahkannya, gaya hidup tidak sehat seperti kurang aktivtas fisik, polusi, teralu banyak konsumsi makanan tidak sehat, stress pekerjaan dan belajar, akan dapat memunculkan penyakit- penyakit degenaratif. Dan bisa membawa dampak besar terhadap perkembangan UB. Untuk itu skrining kesehatan fisik dan mental sangat perlu dilakukan
“Harapannya dengan skrining kesehatan yang sudah kita lakukan, bisa memberi masukan ke fakultas-fakultas yang nantinya bisa menjadi dasar kebijakan pimpinan, untuk menciptakan atmosfir akademik dan non akademik yang mendukung di lingkungan UB,” katanya. (M. Abd. Rahman Rozzi)