Malang Post – Di penghujung akhir 2023, Jumat (29/12/2023), Universitas Negeri Malang (UM) selenggarakan doa akhir tahun. Diikuti tiga agama sekaligus, dengan lokasi yang berbeda. Doa umat Hindu, dilaksanakan di aula Gedung B17 LP3 UM. Agama Kristen dilaksanakan di aula GKB A19 Lantai 9 dan agama Islam dilaksanakan di Masjid Al-Hikmah UM.
Dalam doa ketiga agama tersebut, dihadiri langsung oleh Rektor UM, Prof. Hariyono, M.Pd, sekaligus membuka acara demi acara.
Rektor UM juga turut memberikan sebuah ungkapan, dimana UM saat ini sudah berkomitmen sebagai kampus yang inklusif.
“Dalam artian, kampus inklusif tidak hanya teman-teman disabilitas saja, yang dapat menjadi keluarga besar UM. Tetapi dari berbagai suku, agama, ras dan budaya dapat menjadi keluarga besar UM,” ungkapnya, seperti dilansir dari Humas UM, Senin (1/1/2023).
Pada kesempatan yang sama, Rektor UM juga memberikan penjelasan mengenai bangsa Indonesia yang memiliki dasar negara Pancasila, dengan mengandung nilai keagamaan pada sila pertamanya.
Sila tersebut, juga menautkan harapan yang besar bagi bangsa Indonesia, dengan mengedepankan pluralisme dalam kehidupan umat beragama.
“Kegiatan ini dihadirkan dalam satu hari tujuannya sama. Yakni dapat mengedepankan nama UM sebagai kampus yang memiliki nilai toleransi umat beragama. Serta dapat menggaungkan nama UM dikancah dunia,” jelas Prof. Hariyono.
Sementara itu, pada doa bersama Agama Hindu, menghadirkan langsung penceramah, Sutomo Adi Wijoyo, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kab. Malang.
Tema yang diangkat: “Dengan Landasan Satyam, Siwam, Sundaram, dan Samanam, Kita Sambut Tahun Baru dengan Semangat Kerja Keras untuk Indonesia Maju”.
AGAMA HINDU: Sutomo Adi Wijoyo, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Malang, ketika memimpin doa akhir tahun 2023. (Foto: Humas UM For Malang Post)
Doa bersama Agama Hindu, diawali dengan kegiatan persembahyangan, yang menautkan doa dan harapan untuk tahun 2024.
“Maksud dari tema, sebagai landasan satyam yang memiliki arti kejujuran. Siwam memiliki arti kesucian, sundaram memiliki arti keindahan dan samanam memiliki arti kebersamaan.”
“Disetiap artinya tersebut, memiliki satu tujuan untuk menggaungkan sifat kejujuran dan kesucian, terhadap umat manusia. Dengan memiliki nilai keindahan, yang dihiasi dalam persembahyangan ini. Serta dapat memberikan nilai kebersamaan untuk semuanya,” jelas Sutomo.
Sedangkan pada doa bersama Agama Kristen, diawali dengan melakukan kegiatan sembahyang yang dimaksudkan kepada Tuhan. Menghadirkan pemateri RD Donatus Dole, M.Pd, dan Pdt. Astrid Herdata Sopamena, S.Th. Tema yang diangkat: “Bersyukur dalam Doa dan Menyambut dalam Damai Kristus”.
“Hari Natal merupakan sebuah momen, untuk selalu bersyukur atas berkat-berkat yang diberikan Tuhan kepada diri kita. Serta untuk saling memberikan kasih sayang, kemakmuran, dan kesejahteraan terhadap sesama,” kata RD Donatus Dole, saat menjelaskan makna Hari Raya Natal, yang sudah diperingati.
Untuk doa bersama Agama Islam, diawali dengan salat Jumat, dilanjutkan melantunkan bacaan istighosah serta menghadirkan pemateri, K.H. Drs. Moh Dahlan Ridwan. Tema yang diangkat: “Muhasabah Diri untuk Meningkatkan Kualitas Diri dan Prestasi”.
Dalam ceramahnya, KH Dahlan Ridwan memberikan ungkapan, sebagaimana tujuan dari hidup setiap manusia, yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Termaktub dalam surat Al-Qasas 28 ayat 77-78.
Memiliki makna, “Sebaik-baik manusia di muka bumi ini, yang memiliki harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah SWT kepadamu dan janganlah engkau melupakan kebaikan kepada sesama umat manusia sebagaimana Allah SWT yang telah memberikan kehidupan bagimu”.
“Pemberian Allah SWT kepada kita semasa hidup di dunia, merupakan sebuah titipan, yang akan hilang seketika ketika kita meninggal dunia.”
“Dengan hal tersebut, yang dapat menjadi pencerah bagi kehidupan di akhirat kelak, yakni ibadah, shodaqoh dan amal jariyah, yang sudah kita tanamkan semasa hidup di dunia,” jelasnya. (*/ M. Abd. Rahman Rozzi)