Oleh: Devina Lintang Pratiwi
PENDAHULUAN
Zico Junius Fernando, Pujiyono, Umi Rozah dan Nur Rochaeti, menulis artikel berjudul: “Kebebasan Berekspresi di Indonesia”, yang membahas kebebasan berekspresi di Indonesia.
Penulis menyatakan bahwa kebebasan berbicara di Indonesia telah berkembang, terutama selama revolusi industri 4.0, yang telah memungkinkan lebih banyak orang untuk berbicara tentang berbagai topik.
Penulis akan membandingkan dua artikel: “Hak dan Pembatasan Kebebasan Berbicara di Media Sosial dan Era Digital” dan “Keharusan Melindungi Netizen dalam Kebebasan Berbicara di Media Sosial.” Penulis akan membandingkan keduanya dalam artikel ini.
ISI
Seperti yang penulis sebutkan sebelumnya, di artikel “The Freedom of Expression in Indonesia” bahwa kebebasan bereskpresi di indonesa pada era modern industri 4.0, sudah melekat dalam masing masing individu.
Masing-masing individu memiliki kebebasan berekspresi, dimana para individu tersebut dapat mencari, menerima dan menyampaikan sebuah informasi dan opini dalam bentuk apapun. Baik secara lisan, tulisan dan banyak media lain.
Tapi sesuai yang disebutkan dalam artikel yang berjudul “The Urgency of Protecting Netizen in Freedom of Speech on Social Media” yang di tulis oleh Grandis Ayuning Priyanto dan Martinus Sardi, menjelaskan bahwa kesempatan untuk terlalu bebas berpendapat, menyebabkan seseorang untuk terlalu menyebarkan hal hal yang kurang berkenan atau hoax ke khalayak publik.
Seperti kutipan pada artikel tersebut: “Berdasarkan Kamus Oxford, hoax diartikan sebagai suatu tindakan untuk membuat seseorang percaya yang didasarkan pada fakta yang tidak benar, atau sesuatu yang tidak menyenangkan”.
Dalam bebas berpendapat, juga merupakan sebuah hal yang termasuk dalam hak asasi manusia, yang masing masing individunya memiliki kebebasan dalam berekspresi.
Sedangkan dalam artikel “The Urgency of Protecting Netizen in Freedom of Speech on Social Media” disebutkan, kebebasan berekspresi adalah hak dari masing masing individu.
Bebas berekspresi dalam sosial media, telah marak dalam lingkup kehidupan sosial, yang menjadikan setiap individu menjadi aktif dan selalu on point, dalam isu isu yang sedang terjadi di sosial media. Sosial media saat ini, menjadi panggung untuk masyarakat dalam berekspresi di dunia maya dan dunia nyata.

PENUTUP
Dari pemaparan tiga artikel, dimana dua artikel pembanding menjadikan penulis mengetahui, bagaimana peran bebas bereskpresi dalam ranah sosial media dan dunia nyata.
Dalam artikel yang menjadi topik utama di artikel ini, kebebasan berekspresi merupakan hal dasar dalam perlindungan konstitusi. Terutama dalam UUD 1945 yang nyatanya bisanya sangat rumit dan menantang.
Akhirnya bebas berekspresi di Indonesia, dapat menunjukkan perbedaan antar hak hak yang telah ditetapkan secara konstitusinal dan peraturan pembatasan yg dilakukan oleh pemerintah.
Di Indonesia, berdiri tempat seni rupa, tempat diskusi untuk mendukung masyarakatnya bebas dalam berekspresi. Media sosial dan internet memberikan masing masing individu, untuk berbagi pendapat dan pandangan mereka masing masing.
Namun sebaliknya, hal hal seperti dilarang oleh pemerintah untuk mengkritik dan undang undang ITE yang kontroversial, serta kebijakan sensor yang dapat memberi konten konten tertentu. (***)
Penulis adalah mahasiswa Universitas Brawijaya:
NIM : 235120407141013
CLASS : I-1 International Relations
PRODI : Hubungan Internasional
FAKULTAS : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik