Malang Post – Pimpinan PT Bestprofit Futures (BPF) Malang, Andri Phung, ajak 20 karyawannya menapaktilasi sejarah kepahlawanan yang ada di Kota Malang. Berlangsung selama enam hari, mulai 10 sampai 15 November 2023.
“Napak tilas yang kita kunjungi, diantaranya Tugu Balai Kota Malang, Museum Brawijaya, Pahlawan Trip dan Makam Pahlawan Jalan Veteran,” ungkap dia, Rabu (15/11/2023).
Katanya, PT BPF sengaja ingin mengenang jasa pahlawan berada di Kota Malang. Pasalnya, banyak nilai sejarah ditinggalkan di sini dan patut diteladani.
“Harapannya sebagai anak cucu atau penerusnya, kita tidak boleh sampai acuh atau melupakan hasil perjuangannya. Tapi justru menjadi penyemangat dalam berkarya dan berprestasi,” jelas Andri.
Pada kesempatan maknai Hari Pahlawan 2023 kali ini, katanya, BPF bersama 20 karyawan berkunjung ke tempat-tempat bersejarah. Sekaligus berbagi puluhan sembako ke pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam LVRI.
“Penghargaan yang paling penting menurut kami, adalah tidak melupakan nilai sejarahnya. Napak tilas dan berbagi donasi itu, bagian dari kepedulian kita,” tambahnya.
HARI PAHLAWAN: Petinggi PT BPF Malang dan segenap karyawannya, hormat pada sang Saka Merah Putih di Taman Makam Pahlawan di Jalan Veteran, Kota Malang. Usai nyekar dan kirim doa di lokasi. (Foto: BPF for Malang Post)
Kembali dikatakannya, nilai warisan sejarah yang mereka ukir dengan penuh pengorbanan. Baik raga jiwa hingga pertumpahan darah. Menjadi kewajiban anak cucu atau penerus bangsa. Menjaga dan merawat serta melestarikannya.
“Termasuk kita bisa berkarya di PT BPF, bagian dari perjuangan dan pengorbanan mereka. Sebab, tanpa pengorbanan dan perjuangan mereka. Kita gak bisa berkarya seperti ini. Bersemangatlah dalam berjuang (bekerja) mengembangkan pialang berjangka hingga maju berkembang sukses,” kata Andri.
Sementara perwakilan LVRI, Soekirno, mengapresiasi sekaligus berterima kasih atas kepedulian dari PT BPF Malang. Ia sempat menceritakan, kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, belum sepenuhnya merdeka secara keseluruhan.
“Karena pada 1947, kami bersama para pejuang lainnya masih berjuang membebaskan dari jajahan negara Belanda. Karena Kota Malang waktu itu, masih dihuni oleh Belanda. Kita pun bersusah payah, bagaimana Belanda pergi dari sini,” ujar Kirno.
Soekirno hanya berpesan kepada semua masyarakat. “Berjuanglah dengan caramu di masa kini (berkarya) dan berprestasi. Bidang apapun bisa menjadi wadah positif, untuk berjuang memberikan nilai manfaat dan maslahat bagi orang lain,” sebutnya.
“Berjuang di masa sekarang ini, tidak harus dengan mengangkat senjata. Kayak bertarung di medan perang. Tapi lewat karya dan kemampuan yang kita miliki. Entah itu pikiran, tenaga, materi atau kekuasaan untuk kebaikan,” pungkasnya. (Iwan Irawan – Ra Indrata)