
PJ Wali Kota Batu, saat mengikuti Rakor Percepatan Penanganan Bencana di wilayah Jatim. Rakor itu dipimpin langsung oleh Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dan Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto. (Foto: istimewa)
PJ Wali Kota Batu, saat mengikuti Rakor Percepatan Penanganan Bencana di wilayah Jatim. Rakor itu dipimpin langsung oleh Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dan Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto. (Foto: istimewa)
Malang Post – Saat ini kondisi cuaca di hampir semua daerah di Jatim sedang panas-panasnya, tak terkecuali di Kota Batu. Meski tengah memasuki musim kemarau kering. Pemerintah sudah mulai menyusun strategi percepatan penanganan bencana. Guna mengantisipasi bencana hidrometeorologi tahun 2023-2024.
Ini dilakukan, menyusul prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) musim kemarau kering akan segera berakhir. Kemudian pada Minggu ke-dua atau ke-tiga Bulan November, sudah mulai turun hujan dengan intensitas cukup.
Kalaksa BPBD Kota Batu, Agung Sedayu menyatakan, bencana hidrometeorologi yang sering terjadi di Kota Batu, diantaranya seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan cuaca ekstrem atau angin kencang.
“Potensi tertinggi bencana alam saat musim penghujan di Kota Batu adalah tanah longsor. Ini sesuai letak topografi Kota Batu yang ada di wilayah perbukitan. Pemicu dari tanah longsor itu sendiri adalah intensitas hujan tinggi. Kemudian kondisi tanahnya jenuh air” kata Agung, Selasa (10/10/2023).
Kemudian untuk titik- titik bencana alam yang paling rawan. Kebanyakan berada di wilayah Kecamatan Bumiaji. Seperti Desa Tulungrejo dan Desa Sumberbrantas. Ini sesuai dengan topografi kelerengannya.
Dengan kondisi topografi seperti itu. Pihaknya telah melakukan beberapa langkah preventif. Dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan. Salah satunya dengan cara melakukan pemasangan alat Early Warning Sistem (EWS). Yang telah dilakukan pemasangan di sejumlah titik rawan bencana yang ada di Kota Batu.
“Selain melakukan pemasangan alat. Kami juga telah menginventarisasi pemetaan daerah-daerah yang rawan terhadap bencana tanah longsor,” ungkapnya.
Sementara itu, Pj Wali Kota Batu, Agung Sedayu menyampaikan, belajar dari pengalaman-pengalaman di tahun sebelumnya, terhadap potensi bencana. Maka seharusnya masyarakat sudah lebih sadar terhadap potensi bencana yang akan datang. Sekaligus cara untuk melakukan evakuasi dari lokasi bencana.
“BPBD Kota Batu telah menyiapkan langkah-langkah mitigasi bencana yang diperlukan. Apabila sewaktu-waktu terjadi musibah yang tidak diinginkan. Namun kita semua berharap bahwa kejadian bencana terhindar dari Kota Batu. Tidak boleh lengah, semua harus bahu membahu mengantisipasi terjadinya bencana,” ujarnya.
Sehari sebelumnya, Pj Aries bersama Agung Sedayu telah mengikuti Rakor Percepatan Penanganan Bencana di wilayah Jatim. Rakor itu dipimpin langsung oleh Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dan Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto. Juga diikuti seluruh bupati/walikota Se-Jatim.
Hasil dari rakor tersebut, sesuai dengan prediksi BMKG, El-Nino akan berlangsung hingga bulan Januari-Februari 2024. Dampak yang terjadi saat, seperti bencana kebakaran hutan dan lahan, serta kebakaran TPA yang terjadi akhir-akhir ini.
“Kejadian ini bisa menjadi pengalaman bagi kita. Bagaimana kita bisa mengambil langkah yang tepat. Dengan bergerak bersama, maka setiap gerakan akan lebih cepat dilakukan. Semuanya bertujuan untuk menyelamatkan masyarakat,” jelas Suharyanto.
Dia juga mewanti-wanti, kepada seluruh Kepala BPBD di wilayah Jatim, agar saat kegiatan tanggap darurat memegang fungsi komando. Sehingga penanganan bencana bisa berjalan lebih baik lagi.
“Kejadian bencana di Jatim mengalami peningkatan sebesar 60 persen. Dengan adanya hal tersebut, kami berharap BPBD tidak ragu menentukan masa tanggap darurat,” tegas dia.
Sementara itu, Gubernur Khofifah menyampaikan, terimakasih sebanyak-banyaknya atas kerja sama yang telah terjalin selama ini. Dimana BNPB terus melakukan pendamping dalam penanganan bencana di wilayah Jatim.
“Kami telah diberikan pendampingan dan ruang yang luar biasa dari BNPB terkait tanggap darurat bencana. Sekarang kami masih fokus di cadangan beras pemerintah untuk bisa menekan harga pangan di masyarakat,” kata Gubernur. (Ananto Wibowo)