Malang Post – Pada Selasa (26/9/2023) lalu, ibu dan anak perempuan warga Bumiayu, sempat terseret arus sungai Brantas yang mengalir di bawah jembatan Lembayung.
Cerita Sulianti, sang ibu, menyebutkan anaknya, Santika (31), nekat menyeberangi sungai, karena anaknya menangis minta disusui. Sementara Jembatan Lembayung tidak bisa dipakai karena sedang diperbaiki.
Sungai yang diduga dangkal itu, ternyata berarus deras. Hingga menyebabkan kedua perempuan itu terseret arus. Masih beruntung keduanya bisa menepi ke bibir sungai, untuk menyelamatkan diri.
Karena peristiwa itulah, Setyo (37), warga Mergosono RW 06, memiliki ide untuk membuat sampan rakitan. Diperuntukkan bagi warga Kelurahan Mergosono dan Bumiayu, sebagai akses penyeberangan dari kedua wilayah tersebut.
“Sejak adanya info perbaikan Jembatan Lembayung. Kami bersama warga lainnya memiliki ide untuk membuat sampan rakitan. Apalagi setelah ada warga yang hanyut karena memaksa menyeberang sungai.”
“Rakit itu berbahan karet ban mobil serta bambu. Untuk kebutuhan penyeberangan sungai. Prioritasnya anak-anak sekolah. Karena siswa SDN Mergosono dan SMPN 7 Malang, setiap harinya sangat membutuhkan akses jalan tersebut,” kata Setyo.
Warga menilai, jika harus memutar melewati Pasar Induk Gadang, akan sangat jauh dan memakan waktu. Belum lagi masih harus melintas di Buring dan Muharto.
“Untuk mengantar anak sekolah, kami mesti mutar jauh kesana kemari. Jadi paling cepat, menggunakan sampan rakitan ini. Tidak sampai lima menit sudah bisa menyeberang,” jelasnya.
Ditempat yang sama, Santika, warga yang sempat hanyut di bawah Jembatan Lembayung mengaku, sehari-harinya berjualan di SDN Mergosono 4. Ibunya pun juga beraktifitas mencari barang bekas di kawasan Mergosono.
“Kami waktu itu, dikabari anak saya nangis, karena butuh ASI. Kalau kami mutar lewat Pasar Induk Gadang terlalu jauh. Akhirnya, saya memutuskan menyebarang bersama ibu,” sebut Santika.
Menurut pengakuannya, sewaktu akan menyebarang bentangan sungai sepanjang 36 meter itu, air sungai terlihat dangkal. Namun setelah sampai di tengah sungai, ternyata arusnya deras dan kuat.
“Kami pun hanyut terbawa arus sungai. Tapi syukur Alhamdulilah, Allah SWT masih sayang pada nyawa kami berdua. Kami susah payah menepi ke bibir sungai dan keluar ke atas bibir sungai,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Dindikbud Kota Malang, Suwarjana menyebut jika dinas sudah menyiapkan bantuan transportasi untuk anak-anak sekolah. Khususnya mereka yang terdampak perbaikan Jembatan Lembayung, yakni warga Kelurahan Bumiayu dan Mergosono.
“Kita fasilitasi mobil transportasi pendidikan sekitar sembilan unit, untuk 130-an siswa. Rinciannya SMPN 7 Malang sekitar 65 siswa dari warga Mergosono. Sedangkan 75 siswa SDN Mergosono 4 dari warga Bumiayu,” ujar dia.
Layanan transportasi pendidikan, tambahnya, diberlakukan mulai Rabu (4/10/2023). Sejak saat itu, siswa tidak lagi boleh menyeberang pakai sampan rakitan. Sedang mobil diterapkan dua tahap, diprioritaskan pada pagi hari.
“Kita mohon orang tua mempersiapkan putra-putrinya lebih pagi. Agar tidak sampai terlambat masuk sekolah. Karena kita melayani banyak siswa. Kita segera rapat membahas teknisnya bersama OPD terkait. Apakah lewat Pasar Induk Gadang atau Buring dan Muharto,” pungkasnya. (Iwan – Ra Indrata)