Malang Post – Kepala SMKN 5 Malang, Drs. Cone Kustarto Arifin menegaskan, memperingati Hari Batik Nasional ke-14 2023 kali ini, semua guru dan khususnya siswa jurusan kriya tekstil. Dilibatkan untuk menghasilkan karya dan kreativitas dalam membatik.
“Kita siapkan alat dan bahan membatik. Seperti kain, canting, malam, pewarna dan cetakan. Jurusan Kriya Batik di SMKN 5 Malang ini, bagian dari melestarikan budaya yang luhur. Batik sendiri saat ini sudah menjadi warisan budaya kita dan telah ditetapkan oleh UNESCO,” kata Cone kepada Malang Post, saat ditemui di SMKN 5 Malang, Senin (2/10/2023).
Dari ketrampilan dan keahlian membatik, katanya, ada sisi lainnya yang menjadi nilai plus. Yakni melatih untuk ketenangan serta keuletan diri. Karya dan kreativitas juga dibutuhkan memunculkan nilai seninya.
“Kita membatik hari ini seharian penuh dilakukan oleh semua guru, serta siswa khusus Kriya Batik. Nantinya pada hari batik mendatang, akan kita libatkan semua siswa-siswi dan semua guru di SMKN 5 Malang ini,” sambungnya.
Ke depannya, Cone menyebutkan, akan memeriahkan lebih besar lagi giat batik seperti ini. Pihaknya ingin membranding batik dari SMKN 5 Malang. Bila perlu sekolah harus mampu melahirkan batik khas.
“Kita jadikan karya batik guru dan siswa-siswi tersebut, menjadi pakaian batik khasnya SMKN 5 Malang. Setiap tahunnya dibutuhkan untuk seragam siswa-siswi di SMKN 5 Malang. Selain itu, bisa diminati oleh masyarakat lainnya,” sebut dia.
Sementara, guru pengajar desain produk tekstil kelas X mapel tekstil, Risdwi Soenoe Widjiastuti menjelaskan, untuk bisa membatik lebih bagus dan berkualitas. Pertama memiliki ketenangan dan keuletan yang bagus.
“Terkait cepat dan tidaknya dalam membatik, kami pastikan dari kualitas desain dan corak warna yang diinginkannya. Semakin bagus desain dan banyaknya warna yang diinginkan. Waktunya kian lama, maksimal sekitar seminggu untuk menyelesaikannya,” jelas Risdwi.
Ditegaskan, hasil maksimal dan berkualitas harus mengikuti prosedurnya. Pertama membuat desainnya. Dipindahkan ke pola besar dan ke kain, dilanjutkan dicanting. Lantas dilakukan pewarnaan, kemudian dikeringkan tanpa dijemur di sinar panas matahari secara langsung.
“Lebih tepatnya cukup kita angin-anginkan. Seterusnya kita tembok dengan malam tembok. Agar menutup warna yang dibutuhkan si pembatik. Warna pertama dan kedua tetap sesuai yang diinginkan si pembatik,” kata Wali Kelas X Jurusan Batik.
Risdwi bertutur, pengalaman dari hasil batik secara keseluruhan dan laku terjual sekitar delapan puluh lembar kain batik. Dimulai sewaktu dari bangku perkuliahan hingga saat ini. Meski sifatnya sekedar membatik dan tidak komersial.
“Karya yang kami hasilkan ratusan jumlahnya. Selain berkarya dengan batik sendiri. Kami juga berhasil menelurkan siswa-siswi berprestasi, pada lomba kompetensi siswa terkait batik. Kita lahirkan prestasi regional maupun nasional tiap tahunnya. Contohnya LKS Batik 2019,” pungkasnya. (Iwan Irawan – Ra Indrata)