Malang Post – Sejak sebulan lalu, Kota Batu telah memulai menerapkan metode baru dalam pengelolaan sampah. Yakni melakukan pengelolaan sampah dari sumbernya. Dengan metode baru itu, masyarakat diminta untuk memilah sampahnya.
Membedakan mana sampah organik, anorganik dan residu. Diawal penerapan metode itu, rupanya masih berjalan cukup berat. Banyak masyarakat yang masih mencampur aduk sampahnya. Lalu dibuang sembarangan di pinggir-pinggir jalan.
Seiring berjalannya waktu, Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menyatakan, sudah banyak masyarakat yang tereduksi tentang pengelolaan sampah. Sudah banyak masyarakat di RT/RW, dusun dan desa yang mulai memahami, bagaimana pengelolaan sampah dari sumbernya.
“Ketika nantinya semua masyarakat telah tereduksi dengan baik. Saya yakin, Kota Batu akan jadi yang terbaik dalam hal pengelolaan sampah. Sebab Kota Batu telah melakukan pengelolaan sampah dari sumbernya. Bukan lagi melakukan pengelolaan sampah dari TPA,” tutur Aries.
Untuk mencapai hal tersebut, menurutnya yang sangat penting adalah bagaimana caranya memberikan kesadaran bagian oknum-oknum, yang saat ini masih saja meneror sampah. Oknum yang tidak bertanggungjawab terhadap sampah sendiri dan membuang di sembarang tempat.
“Jika seluruh masyarakat telah memahami tentang hal tersebut. Kota Batu bisa menjadi percontohan nasional. Bahwa telah berhasil mengolah dan memilih sampahnya sendiri dan habis di TPS3R di lingkungan masing-masing,” imbuhnya.
Dia juga membeberkan, jika masih banyak daerah di Kota Batu yang masih bergantung pada TPA. Sehingga sampahnya tidak dikelola dengan baik dan akhirnya sampah yang dihasilkan kian menggunung.
Saat berkunjung ke sejumlah TPS3R di Kota Batu. Yakni TPS3R di Kelurahan Sisir, Aries menemukan masih banyak masyarakat yang enggan memilah sampahnya. Mereka memilih untuk langsung membuang sampah di sungai kawasan Sendratari Arjuna Wiwaha.
“Dengan adanya temuan tersebut sangatlah disayangkan. Disaat sebagai masyarakat peduli dengan sampah. Lalu mencari cara dan solusi untuk memilah dan mengolah sampah di lingkungan. Ada sebagai orang yang belum sadar dan paham akan pengelolaan sampah,” tutur Aries.
Padahal ketika sampah dipilah dari rumah, akan lebih memudahkan untuk memilih mana yang bernilai ekonomis dan mana residu, atau sampah yang sudah tidak bisa digunakan lagi. Sehingga proses akhirnya akan lebih cepat dan tidak memakan waktu lama.
“Untuk mengatasi sampah yang dibuang di sungai. Kami telah menerjunkan tim Dinas PUPR dan DLH Kota Batu. Untuk memberikan sungai kawasan Sendratari Arjuna Wiwaha. Dimana kawasan tersebut merupakan sentra wisata pertunjukan seni. Malu jika wisatawan melihat banyak sampah di sungai,” ujarnya.
Lebih lanjut, saat melihat TPS3R di Dusun Keliran, Desa Bulukerto, Pj Aries melihat langsung pembangunan tungku pembakaran atau incenerator hasil swadaya masyarakat. Juga dibuat tempat untuk memilah sampah serta pembetulan atap TPS3R yang rusak.
“Saya dengar dari Pak Kades, di TPS3R ini akan diusahakan bisa membakar sampah dengan suhu sempurna. Yakni berkisar 500 sampai 600 derajat celcius. Sehingga bisa meminimalkan asap yang keluar,” jelas Aries.
Disisi lain, Aries juga berpesan kepada seluruh perangkat desa di Kota Batu. Untuk melihat dan mencontoh pengelolaan sampah di TPS3R Dusun Durek, Desa Giripurno. Ditempat itu, warganya membuang sampah yang sudah dipilah langsung ke TPS3R tanpa ada petugas yang mengambil di rumah masing-masing
“Jika semua bersama-sama bergerak. Saya yakin permasalahan sampah di Kota Batu akan selesai. Karena ini bukan hanya tugas pemerintah. Tapi tugas semuanya. Maka pengusaha, masyarakat dan pemerintah harus satu kesatuan. Agar ini menjadi suatu kelengkapan yang baik dan permasalahan sampah selesai,” tutupnya. (Ananto Wibowo)