Malang Post – Pemilik wedding organizer (WO) harus berjuang mengembalikan trust masyarakat. Terlebih-lebih setelah adanya ‘kecelakaan’ yang menyebabkan Gunung Bromo sampai terbakar.
Bahkan dalam perkembangannya, WO yang bertanggung jawab atas foto prewedding itu, harus berurusan dengan hukum.
Owner Sidorabi Wedding Organizer (WO), Kiki Indah Permata, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide, Jumat (22/9/2023) sendiri, menyayangkan kasus foto prewedding tersebut.
Karena dengan terbakarnya kawasan Gunung Bromo, membuat banyak pihak dirugikan. Bahkan sampai menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap WO.
“Kasus itu benar-benar fatal. Apalagi mereka tidak ada perizinan yang lengkap. Padahal untuk melakukan sesi foto di kawasan Gunung Bromo, harus ada perizinan yang jelas dan sejumlah biaya yang dibayarkan,” katanya.
Itulah sebabnya, tambah Marketing Sidorabi WO, Mimi, perlunya ada pertimbangan dalam membuat konsep prewedding.
Sebab mulai dari konsep indoor dan outdoor, ada tantangan tersendiri. Bahkan untuk konsep outdoor, persiapan dan biaya juga jauh lebih banyak.
Sementara itu dosen psikologi UMM, Muhammad Fath Mashuri menambahkan, konsep prewedding memang ditentukan personality pasangan calon pengantin.
“Tapi ada berbagai faktor penentunya, seperti personality dan trend yang sedang banyak digunakan saat ini,” jelasnya.
Kata Fath, saat ini lebih banyak orang yang mengalami Fear Of Missing Out atau FOMO. Atau takut ketinggalan tren dan hal ini juga menjadi faktor penentu perilaku seseorang. Termasuk menentukan konsep prewedding.
“Tentunya diperlukan kontrol sosial yang ketat, agar sebuah konsep prewedding tidak merugikan. Baik untuk diri sendiri, maupun masyarakat umum. Seperti yang terjadi di kawasan Gunung Bromo,” tegasnya. (Anisa Afisunani – Ra Indrata)