Salah satu ide yang diberikan pelatih Arema FC, Jose Fernando Martins Valente, kepada pemain Arema FC. Adalah menguasai bola dan tidak mudah kehilangan bola. Memainkan bola-bola pendek, sentuhan dari kaki ke kaki.
Filosofinya, ketika Arema FC mampu menguasai bola, menjadikan tim lawan tidak memiliki peluang untuk memberikan ancaman. Bahkan dengan mampu menguasai permainan, peluang untuk memenangkan laga semakin besar.
Apalagi Fernado Valente memiliki pemikiran, dengan semakin tingginya akurasi operan, persentase penguasaan bola juga meningkat. Pada akhirnya, peluang untuk mencetak gol kemenangan juga akan semakin tinggi.
Sayangnya sekalipun semua konsep itu, sudah dijalankan dengan ekstra keras oleh Dendi Santoso dan kawan-kawan, harapan untuk memenangkan pertandingan masih kandas.
Di pekan ke-12, Sabtu (16/9/2023) kemarin di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali. Arema FC harus puas bermain imbang tanpa gol, saat menjamu Persita Tangerang.
“Saya pikir di beberapa momen, satu tim bisa menguasai bola. Tapi tidak bisa menghasilkan apa pun.”
“Saat kita menguasai bola, kita bisa membuat banyak peluang mencetak gol dan memenangkan pertandingan.”
“Yang bikin saya semangat, di sini kita selau mempersiapkan diri untuk keseimbangan dan tidak memberikan lawan kesempatan untuk mendapatkan peluang. Saat kita bicara penguasaan bola akan menghaslkan keseimbangan. Tapi bicara penguasaan permainan, maka kita bisa lebih banyak peluang,” tegas pelatih asal Portugal ini.
Komentar itu juga bukan tanpa dasar. Di laga yang hanya disaksikan kurang dari 60 penonton itu, untuk pertama kalinya musim ini, akurasi operan Arema tembus 90 persen dalam satu laga.
Memang sejak Fernando Valente melatih di tiga pekan terakhir, jumlah total operan, maupun operan sukses Arema, terus meningkat. Hal ini diyakini tak lepas dari permainan bola-bola pendek yang diterapkan.
Saat lawan Persita itu, Arema mampu mencatatkan total 527 operan, di mana 476 operan sukses sampai ke sasaran.
Jumlah itu lebih banyak dari laga sebelumnya melawan Bhayangkara FC maupun Persikabo 1973.
Akurasi umpan 90 persen di laga ini, ternyata juga berbanding lurus dengan persentase penguasaan bola Arema. Penguasaan bola yang mencapai 60 persen menjadi rekor tertinggi Arema di musim ini.
“Kita harus akui, dalam beberapa momen, Persita bisa menguasai bola. Tapi mereka tidak mendominasi permainan.”
“Harus diingat, kiper kita tidak melakukan penyelamatan sekalipun. Tidak mudah untuk menguasai bola di sepanjang 90 menit pertandingan berlangsung,” kata Fernando.
Hanya saja, pelatih berusia 64 tahun ini juga mengakui, banyaknya peluang akan terbuang sia-sia, jika penyelesaian akhirnya tidak menjadi gol.
Seperti yang dialami Arema ketika berhasil membuat empat kreasi peluang ke gawang Persita Tangerang. Tetapi tak satupun bisa dikonversikan menjadi sebuah gol.
“Sebenarnya kita hanya butuh sedikit membuat bola masuk ke gawang lawan. Kita pun sudah punya banyak peluang untuk melakukannya,” tegasnya.
Dalam laga yang dipimpin wasit Zetman Pangaribuan itu, setidaknya Arema FC mendapatkan beberapa kali peluang.
Dimulai pada menit ke-10, ketika Gustavo Almeida yang lolos dari jebakan offside. Terus berlari sampai ke dalam kotak penalti. Kiper Persita sudah mencoba menyongsong bola, tapi tendangan Gustavo lolos dari sergapan kiper. Namun jatuhnya hanya melebar sekian centimeter dari tiang gawang sisi kanan.
Kemudian di menit ke-78, giliran Pablo Angle Ariel Lucero, yang mendapatkan peluang dari tendangan kerasnya sedikit di luar kotak penalti. Namun kiper Persita Tangerang, berhasil memblok bola kerasnya.
Peluang emas juga didapat Arema pada menit ke-86. Tapi kali ini bola sepakan Charles Lokoli Ngoy, ketika gawang Persita Tangerang sudah kosong, masih bisa dihalau Mario Jardel.
Dan hingga pertandingan berakhir, tetap tidak ada gol yang tercipta. Hasil itu, sekaligus menempatkan Arema FC tetap di posisi ke-16. Dengan meraih 10 poin. (*/ Ra Indrata)