Malang Post – Data statistik yang dilansir PT Liga Indonesia Baru (LIB), menempatkan Arema FC di peringkat 14 dari 18 tim, dengan koleksi kartu kuning terbanyak. Hingga pekan ke-11, ada 26 kartu kuning diterima Arema FC.
Posisi teratas ditempati PSS Sleman, dengan 37 kartu kuning. Disusul Dewa United yang mengoleksi 33 kartu kuning. Persija Jakarta dengan 22 kartu, menjadi tim tersedikit. Ada di peringkat ke-18.
Tetapi Arema FC juga menjadi salah satu dari enam tim, yang belum pernah mendapat kartu merah. Bedakan dengan PSM yang di posisi pertama. Lantaran sudah ada lima pemainnya terkena kartu merah.
Sekali pun demikian, dengan rata-rata 2,3 kartu kuning di setiap pertandingan, sudah menjadi warning bagi level emosional pemain saat berada di lapangan.
Apalagi sudah ada tiga pemainnya, yang pernah absen karena akumulasi empat kartu kuning. Mulai dari Jayus Hariono, Mikael Tata dan Dedik Setiawan.
Bahkan striker lokal Arema FC itu, harus absen ketika Arema FC menjamu Persita Tangerang, di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar. Pada Sabtu (16/9/2023) lusa.
Secara tim, Arema FC juga pernah kena denda Rp50 juta. Gara-garanya mendapatkan lima kartu kuning dalam satu laga. Yakni ketika kalah 0-2 dari PSIS Semarang, pada 9 Agustus 2023 lalu.
“Saya tidak tahu kenapa, tapi kita coba untuk mengubah itu. Tim saya harus mulai punya perhatian lebih tentang hal ini.”
“Kadang-kadang emosi tidak terkontrol, membuat mereka mudah terkena kartu. Bersama saya, mereka tidak bisa melakukannya lagi. Pemain harus bisa mengontrol emosi,” kata Fernando Valente, seperti dikutip dari wearemania.
Tidak hanya mengontrol emosi, pelatih yang punya nama lengkap Jose Fernando Martins Valente ini, juga meminta pemainnya lebih fokus pada pertandingan.
Alasannya dengan lebih fokus, hal-hal non teknis bisa diredam. Karena hanya dengan mengontrol emosi pada diri masing-masing pemain, peluang mereka mendapatkan kartu kuning bisa diminimalisir.
Karena pengadil di lapangan, jelas tidak akan memberikan kartu kuning, tanpa ada alasan yang bisa dipertanggungjawabkan.
“Jadi saya butuh pemain fokus di pertandingan. Kita hanya fokus terhadap apa yang bisa kita kontrol.”
“Untuk hal-hal lain seperti kinerja wasit, pemain lawan, kita tidak bisa mengontrolnya. Saya pikir pelan-pelan pemain harus bisa memahami situasi ini,” tandas pelatih berlisensi UEFA Pro ini.
Pelatih asal Portugal ini, sepertinya memang benar-benar memikirkan secara total. Bagaimana cara memperbaiki tim seperti ‘kapal yang nyaris karam’ bernama Arema FC itu.
Bagaimana tidak, belum genap sebulan menjadi pelatih Arema, sebuah efek samping sudah dirasakan Fernando Valente.
Menurut General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriandi, pelatihnya mengalami penurunan berat badan hingga lima kilogram.
Bisa jadi, hal ini merupakan bukti keseriusan Fernando Valente, dalam melakukan pembenahan timnya. Terlebih, pelatih berusia 64 tahun itu diberi tugas khusus untuk mengangkat posisi Arema dari dasar klasemen Liga 1 2023-2024.
“Kami dan pelatih tentu tetap memikirkan persaingan dengan tim-tim lain di klasemen. Coach Fernando juga berpikir, bagaimana caranya tidak sekadar aman dari zona degradasi. Bahkan berat badannya sampai turun lima kilogram,” kata Inal, sapaan akrabnya.
Seperti selama jeda kompetisi dua pekan, dalam rangka FIFA Matchday September, Fernando Valente fokus mentransfer konsep dan ide-ide barunya, kepada para pemain Arema.
Bahkan, jelang laga pekan ke-12 melawan Persita Tangerang, Skuad Singo Edan diboyong ke Bali untuk menjalani pemusatan latihan (TC).
Inal juga menyebut, Fernando Valente juga berpikir keras dengan situasi Arema harus bermain kandang di luar Malang. Meski pihaknya menegaskan jika Arema FC harus menerima nasib tersebut.
Berkandang di Bali membuat waktu latihan para pemain Arema berkurang karena terpotong perjalanan. Hal itu menurutnya berdampak terhadap persiapan yang dilakukan Arema setiap pekannya.
“Kalau dari segi kompetisi, Coach Fernando memang pernah bilang, kalau jadwal kurang menguntungkan kita, di mana kita harus musafir. Tapi saya bilang, kita gak bisa banyak mengubah situasi itu dan cenderung harus menerima nasib,” sebutnya. (*/ Ra Indrata)