Malang Post – Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai terus bergerilya ke TPS3R yang ada di Kota Batu. Pada Selasa, (5/9) dia mendatangi TPS3R yang ada di Pasar Relokasi kawasan Stadion Brantas. Usai melihat pengolahan sampah, dia menekankan setiap pedagang wajib melakukan pilah sampah.
Sehingga waktu penanganan sampah bisa lebih cepat. Di TPS3R tersebut, sejak TPA Tlekung ditutup telah mengolah sampah secara mandiri. Namun terlihat masih belum maksimal.
“Ini disebabkan karena pedagang belum memilah sampahnya. Sehingga waktu penanganan sampah menjadi lebih lambat dan sampah cepat menumpuk,” ujar Aries.
Dengan situasi tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu menugaskan pemilah sampah di TPA Tlekung dialihkan ke TPS3R Pasar Relokasi. Ini sudah dilakukan sejak hari Senin, (5/9) untuk mempercepat pemilahan sampah.
Dengan adanya temuan tersebut, dia mengajak para pedagang untuk melakukan pemilahan sampah sebelum dibuang ke TPS3R. Sehingga petugas pemilahan sampah akan lebih cepat melakukan pengolahan dan tidak menimbulkan tumpukan sampah.
“Saya mengajak pedagang dan masyarakat untuk memilah sampah sebelum dikirim ke TPS3R. Dengan pemilahan sampah, akan membantu meringankan pekerjaan petugas pemilah sampah. Karena pekerjaan terberat adalah melakukan pemilahan sampah. Dengan memilah sampah, akan lebih memangkas waktu lebih cepat sehingga sampah tidak menumpuk,” jelas Aries.
Saat melihat TPS3R Pasar Relokasi, Aries juga bertemu dengan Ki Sutopo, warga Kelurahan Temas, merupakan seorang peternak yang mencari sisa sayuran untuk pakan ternak. Saat berbincang dengan Pj Aries, Ki Sutopo mengaku, membutuhkan sampah setiap hari, berupa sampah sayuran minimal empat karung yang digunakan untuk 60 domba miliknya.
Dengan memanfaatkan sampah sayuran, Ki Sutopo bisa menghemat pengeluaran untuk kebutuhan pakan ternaknya. Dibandingkan harus mencari rumput, terlebih saat ini masuk musim kemarau yang sulit mendapatkan rumput.
“Dengan memanfaatkan sampah sayuran, lebih menghemat tenaga dan biaya. Terutama di musim kemarau seperti sekarang rumput sulit di dapat,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia juga menyampaikan, selain beternak domba. Kotoran ternak diolah dan dijadikan pupuk kompos tanaman organik. Lalu dijualnya dengan harga Rp30 ribu persak.
Sementara itu, Kepala Diskoperindag Kota Batu, Eko Suhartono menambahkan, dengan adanya instruksi tersebut, pihaknya akan segera melakukan sosialisasi kepada pedagang. Agar para pedagang memilah sampah sebelum dibuang ke TPS3R.
“Walaupun sudah berkali-kali disosialisasikan, kami akan terus mengedukasi dan membantu pedagang. Agar memilah sampah sebelum masuk ke TPS3R. Ini dilakukan agar kondisi pasar lebih bersih dan rapi. Sebab permasalahan sampah merupakan tanggungjawab bersama,” tandasnya.