Malang Post – Dari obrolan curhat malam sesama pemilik banyak masalah, muncullah ide mencari mangsa, merampok dan pembunuhan. Satu pelaku mengaku menyesal.
Terbelit hutang Rp 28 juta hanyalah satu alasan pemantik kenekatan membunuh korban driver online. Lalu apa yang memantik keduanya nekat sepakat beraksi?
Tersangka Eksa Candra Dwipa (29) Desa Sumbertangkil, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang dan Akhwan Nuhroh (35), warga Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang dengan gamblang bercerita kepada penyidik.
Tiga hari sebelum aksi, keduanya mengamen di Pakisaji. “Ide itu (merampok dan membunuh) dari saya. Nemu tali. Waktu ngamen di Pakisaji. Saya bawa pulang. Buat tali gitar. Waktu malam, pukul 19.30 WIB, saling curhat. Soal hutang. curhat ekonomi demi usaha. Buat bayar kosan (Nuhroh), ” cerita tersangka Eksa.
Eksa, menyebut saat menjadi karyawan, ia pernah mendapat uang pembagian dari seorang kenalan. Nama Eksa dipakai untuk meminjam uang di salah satu bank. Akibatnya, Eksa justri kelabakan saat pelunasan. Tekanan melunasi hutang Rp 28 juta itu membuatnya depresi.
Terlebih ia tidak punya kerjaan tetap. Hanya mengamen. Dalam curhat malam, Nuhroh ingin ada perubahan. Punya usaha kecil-kecilan walau tidak ada hutang. Apalagi uang hasil ngamen tidak cukup buat bayar kos.
Nuhroh lalu mengaku sepakat dengan Eksa untuk mencari korban. Niatnya bulat. Mencari korban, driver online. Pesan grab acak memakai identitas palsu. Keduanya menuju Balekambang. Tali disiapkan.
“Saya kenal dia lewat aplikasi grab
Tidak ada masalah pribadi. Tidak ada. Waktu itu saya kebelit hutang. Saya memutuskan mengambil mobil dia. Itu ide saya, ” aku polos Eksa.
Ditanya, apa sebab berhenti di salah satu musala. Eksa mengaku benar-benar hendak salat. “Waktu itu saya. Benar-benar salat Pak. Dan korban saya ajak. Tidak mau. Kalau mau, mungkin tidak (berubah pikiran)…” aku Eksa.
Eksa, duduk di samping korban Kipli (29), sedang Nuhroh di kursi belakang. Di jalan raya Dokosari, Wonokerto Bantur, Eksa meminta berhenti. Mengaku barang ketinggalan di musala. Mobil dalam kondisi menyala, Nuhroh membelitkan tali.
“Tidak sampai semenit. Saya yang melakukan. Eksa nutup jendela, ” aku tersangka Nuhroh. Dipastikan meninggal, Eksa pindah ke ruang kemudi mobil Toyota Calya. Ia menyetir menuju arah Pantai Balekambang.
Malam minggu, banyak orang membuat pelaku mengurungkan niatnya. Niatnya mengubur korban. Laju mobil langsung mengarah ke Piket Nol Lumajang, terlebih Eksa tinggal di Tirtoyudo dan dekat untuk pulang.
Tidak dilemparkan ke jurang, kedua pelaku menggotongnya masuk hutan dekat piket nol Lumajang. Jaket ditutupkan ke wajah korban. Kedua tersangka beralasan tidak membawa alat hingga korban dibiarkan tergeletak.
“Karena waktu malam. Disana banyak orang. Kami memikirkan mau mengubur disitu. Tapi gak nemu tempat. Sepakat buang ke piket nol. Di jurang sebelum jembatan, ” aku Eksa sembari mengaku benar-benar menyesal.
Rencana mau jual secara online mobil hasil rampasan batal. Perkiraan Eksa, jika mobil dijual akan laku sekitar Rp 40-50 juta. Hasil penjualan akan dibagi dua. Tapi aksinya gagal. Keduanya lebih dulu disergap Sat Reskrim Polres Malang.
Hilangnya korban Kipli, warga Pagelaran sejak Sabtu itu menjadi berita viral. Hilangnya korban itu terdengar pelaku. Keduanya nyaris berniat melarikan diri ke luar Malang. Malam sebelum minggat, polisi menggerebek rumah Eksa. (Santoso FN)