Malang Post – Skuadra Singo Edan sudah memutuskan. Kompetisi Liga 1 musim 2023/2024, bakal menggunakan Stadion Gajayana di Kota Malang, sebagai homebase.
Pemilihan stadion itu bukan tanpa sebab. Selain faktor sejarah dan tradisi klub Arema. Juga karena Stadion Kanjuruhan, yang menjadi homebase dalam beberapa dekade terakhir, tak bisa digunakan.
Meski kepindahan ke Gajayana, bukannya tidak menimbulkan masalah baru. Bahkan manajemen Arema FC, sudah mengantisipasi kemungkian terburuk. Terkait dengan perombakan stadion milik Pemkot Malang itu, yang mendesak direnovasi.
Paling tidak, ada empat hal yang harus dikerjakan Arema FC. Agar stadion tertua di Indonesia itu, lolos menjadi homebase Arema FC.
Diantaranya, kualitas lapangan permainan, menjadi skala prioritas untuk perbaikan. Selain peningkatan kekuatan daya lampu, untuk penerangan di Stadion Gajayana.
Prioritas lain adalah pemasangan kursi, untuk menerapkan single seat di tribun penonton. Sedangkan satu hal yang tak kalah penting yaitu akses venue.
Namun keinginan untuk segera merombak total Stadion Gajayana, masih terkendala penuntasan kesepakatan di antara klub dengan Pemkot Malang. Arema FC masih menunggu, detail kesepakatan dengan Pemkot Malang. Setelah mengajukan hak kelola terhadap Stadion Gajayana.
“Skema (hak kelola) seperti apa. Kami masih mencari dulu bagaimana baiknya,” ungkap General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriandi.
Faktor itulah yang membuat Arema FC, belum bisa melangkah terlalu jauh. Kendati secara prinsip, mereka sudah sangat siap membenahi Gajayana.
“Kami akan terus mempersiapkan (venue), agar saat kompetisi bergulir, jadi lebih baik. Kami fleksibel saja seperti apa,” tambah Yusrinal.
Pengerjaan sejumlah fasilitas Stadion Gajayana, jelas membutuhkan waktu yang tidak singkat. Selain juga butuh dana yang tidak sedikit.
Terlebih, Arema FC juga mesti berkejaran dengan waktu, sebelum kick-off Liga 1 pada 1 Juli mendatang. Setidaknya hanya ada waktu 1,5 bulan untuk merampungkannya.
Antisipasi pun langsung dilakukan. Termasuk salah satunya adalah siap kembali menjadi tim musafir. Paling tidak untuk pekan-pekan awal kompetisi.
“Kemungkinan untuk 4-7 pertandingan kandang awal kompetisi nanti, akan dimainkan di luar Malang dulu,” ucap Yusrinal Fitriandi.
Arema FC pun, kini juga menyiapkan sejumlah stadion sebagai venue alternatif, jika Stadion Gajayana belum bisa dinyatakan lolos verifikasi saat kompetisi dimulai.
Dari sejumlah informasi, Arema FC tengah mempertimbangkan berkandang di Jawa Timur demi efektivitas waktu, jika menjadi tim musafir.
Mengacu hal itu, beberapa stadion disinyalir menjadi opsi alternatif bagi Arema FC. Dua di antaranya Stadion Gelora Delta di Sidoarjo dan Stadion Soeprijadi (Blitar).
“Tapi kemungkinan besar kami tidak lagi memakai Stadion PTIK (Jakarta), apabila menjadi tim musafir,” tandas Yusrinal Fitriandi.
Tapi di sisi lain, Arema FC juga mempertimbangkan perihal izin keamanan. Jika mereka akan menggunakan stadion di wilayah Jawa Timur. Andai izin pemakaian stadion di Jawa Timur terkendala, Arema FC melirik dua stadion di Bali sebagai markas sementara. Yaitu Kapten I Wayan Dipta (Gianyar) dan I Gusti Ngurah Rai (Denpasar).
Hanya saja, soal bermarkas di Bali, Inal -sapaan akrabnya- belum mau berbicara banyak. Menurutnya, saat ini klub belum memutuskan alternatif stadion yang akan digunakan. ”Fokus kami masih di Stadion Gajayana,” kata dia.
Menurut Inal, sapaan karibnya, manajemen klub terus menjalin komunikasi untuk mengajukan hal kelola stadion tertua di Indonesia itu.
Itu dilakukan karena Arema FC mempunyai rencana jangka panjang untuk penggunaan dan pengembangan stadion. Seperti melakukan renovasi untuk membuatnya sesuai standar Liga 1.
”Pada intinya kami ingin berkandang tidak jauh dari Malang. Karena kalau kembali ke Stadion PTIK, akan sangat berat. Selain biaya operasional lebih tinggi, para pemain menjadi jauh dari keluarganya,” tegasnya. (*/ Ra Indrata)