Malang Post – Pada tahun 2022, Universitas Brawijaya bersama Universitas Nusa Cendana, Pemerintah Provinsi NTT dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya melakukan kolaborasi kegiatan Matching Fund yang berada dibawah naungan Kemendikbud Ristek RI dengan Judul “Penguatan Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) Pola Kemitraan melalui Integrated Farming System (IFS) untuk Menuju Ketahanan Ekonomi Berbasis Wirausaha Mandiri Provinsi NTT”.
Program Matching Fund diketuai oleh Dr.Ir. Anang Lastriyanto, M.Si. berserta 8 dosen Universitas Brawijaya dan 6 dosen Universitas Nusa Cendana. Adapun mahasiswa yang turut men-support kegiatan Matching Fund melalui MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) sejumlah 9 mahasiswa dari UB, dan 6 mahasiswa dari UNDANA.
Program Matching Fund adalah program yang dibuat oleh Kemendikbud Ristek RI untuk membangun kolaborasi antara Perguruan Tinggi dengan DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri) dalam menyelesaikan permasalahan nyata di lapangan. Program berlangsung dari Bulan Juli 2022 hingga bulan Desember 2022 bertepatan dengan kegiatan panen tanaman jagung di Desa Ana Engge.
Program TJPS Pola Kemitraan secara hukum ditetapkan berdasarkan Peraturan Gubernur NTT No 31 Tahun 2021 tentang “Pola Kerja Kolaborasi Perangkat Daerah dalam Rangka Optimalisasi Kebijakan Pertanian Terintegrasi”.
Maksud Pergub NTT tersebut adalah untuk optimalisasi kebijakan pertanian terintegrasi agar diperoleh suatu panduan dan konsep pola kerja yang akan menjadi acuan dalam kolaborasi kerja perangkat daerah, sehingga program dan kegiatan perangkat daerah saling terintegrasi, fokus dan efektif untuk mendukung pencapaian target kinerja TJPS pola Kemitraan.
Tagline manajemen usaha tani TJPS pola Kemitraan untuk memberi semangat kepada wirausahawan mandiri NTT agar dengan menanam jagung bisa memanen sapi/ternak lain dalam jangka waktu yang cepat.
Permasalahan yang dihadapi komoditas jagung saat ini pada Program TJPS Pola Kemitraan diantaranya penggunaan benih jagung varietas lokal dengan produktivitas hanya sekitar 2,8 ton/ Ha, kurangnya tim ahli stakeholder yang memiliki kapabilitas di bidang budidaya jagung, dan kurangnya pemanfaatan produk turunan tanaman jagung menjadi produk bernilai ekonomis. Disisi lain, produk turunan tanaman jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang jika diolah menggunakan teknologi yang sesuai, akan menghasilkan pakan dengan nutrisi tinggi.
Untuk itu, di perlukan implementasi teknologi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Teknologi yang saat ini dimiliki Universitas Brawijaya dan Universitas Nusa Cendana dapat dihilirisasi untuk menangani permasalahan tersebut. Harapanya dengan diterapkan teknologi pada Program TJPS Pola Kemitraan dapat meningkatkan perekoniman dan kesejahteraan masyarakat NTT.
Diantaranya adalah Teknologi benih hibrida (TBH) pelepasan calon varietas jagung NUSA 01 Brawijaya yang dilengkapi dengan:
a.Teknologi Pengairan (TPA);
b.Teknologi Pengeringan Benih (TPB);
c.Teknologi Budidaya Pertanian (TBP);
d.Teknologi Biodigester Limbah (TBL);
e.Teknologi Pakan Ternak (TPT).
Program Matching Fund meng-hilirisasi invensi teknologi benih jagung varietas NUSA 01 milik Universitas Brawijaya. Lahan yang akan ditanam jagung Hibrida Varietas Nusa 01 Brawijaya sekitar 10 Ha serta penangkaran benih Hibrida dengan luas lahan 1 Ha. Dimana pelaksanaannya berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi NTT, Pemerintah Daerah Sumba Barat Daya, Universitas Nusa Cendana (UNDANA) dan masyarakat sekitar yang berlokasi di Desa Ana Engge, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya.
Sejauh ini program yang telah dilaksanakan di Desa Ana Engge diantaranya adalah FGD dengan petani, pendamping lapang, dan masyarakat sekitar Desa Ana Engge; pengolahan lahan jagung, penanaman, hingga pemupukan benih jagung hibrida Nusa 01, bimtek formulasi pakan ternak, bimtek budidaya jagung, pembuatan digister biogas, dan pengiriman prototype alat pakan sapi, alat irigasi, serta alat pengering. Penananam jagung perdana oleh Bupati Sumba Barat Daya dan kunjungan lokasi MF TJPS NTT oleh Gubernur NTT juga telah dilaksanakan.
Setelah Program Matching Fund ini berjalan sekitar 3 bulan sejak Bulan Juli lalu, kami menghadapi kompleksitas kondisi sosial masyarakat, berupa keterbatasan sumber daya manusia dalam mendukung Program TJPS ini.
Melalui kolaborasi Penta-helix (Pemerintah, akademisi, Pelaku usaha, Masyarakat atau komunitas dan media massa) Program TJPS Pola Kemitraan dengan dukungan Program Matching Fund, diharapkan mampu mengatasi kendala yang sering dihadapi sehingga terbentuk petani berwawasan wirausaha mandiri dalam mewujudkan masyarakat sejahtera.
Hilirisasi teknologi benih jagung varietas NUSA 01 dari UB dan UNDANA. Bagi petani dan pendamping lapang diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi di Provinsi NTT khususnya pada Kabupaten Sumba barat daya yang menjadi pusat kegiatan program. (*)