Malang Post – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), membuka posko pusat informasi korban kerusuhan di Stadion Kanjuruhan tadi malam. Posko dibuka di halaman Balai Kota Malang sejak Minggu (2/10/2022) dan rencananya akan dibuka selama 24 jam.
Sampai dengan pukul 13.00 WIB, pantauan wartawan Malang Post di lokasi posko sudah ada lima aduan keluarga, yang mengaku kehilangan sanak familinya pada waktu menonton pertandingan sepakbola di Stadion Kanjuruhan tadi malam.
Habibah, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Malang, mengatakan, posko ini siap menerima pengaduan masyarakat Kota Malang terkait hal tersebut.
“Sampai dengan saat ini, kita sudah menerima lima aduan dari masyarakat, yang merasa sanak familinya hilang pada waktu menonton pertandingan bola Kanjuruhan tadi malam.”
“Silahkan laporkan ke kami, apabila ada sanak keluarga di rumah belum ada yang pulang ke rumah. Saat ini data-data masih terus kita himpun, kita buka posko sampai 24 jam,” jelasnya.
Sementara itu Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, Drs Prayitno MM, mengaku ikut berbela sungkawa atas tragedi musibah kemanusiaan di Kanjuruhan Malang.
“BPBD Kota Malang diminta Pak Walikota untuk selalu bersinergi dengan Dinkes, PMI dan juga relawan untuk memverifikasi dan melacak data data warga yang merasa kehilangan familinya pada saat kejadian kemarin.”
“Kita juga menginstruksikan kepada RT, RW, lurah dan camat untuk melaporkan bilamana ada setiap warga yang merasa kehilangan sanak familinya.”
“Kita akan mix data untuk terbarunya, kita masih proses pencatatan, kami belum rilis data resmi untuk yang korban meningal, yang di rawat sampai dengan dari luar kota tetap kita data terlebih dahulu,” sebutnya.
Tidak hanya itu saja, Pemkot Malang juga membuka posko krisis center Aremania. Karena masih banyaknya korban yang telah dibawa ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) tanpa identitas.
“Posko itu untuk melayani masyarakat, sekaligus membantu kerabat kita, jikalau sampai malam hari ini belum pulang. Karena banyak korban yang belum terinditefikasi karena tidak memegang identitas,” pungkasnya (M Abd Rahman Rozzi)