
Malang Post – Tengah sibuk beraktifitas kerja, memotong rumput di Lapangan Tasikmadu, Lowokwaru Kota Malang, EN (52) warga Wagir Kabupaten Malang, sekaligus ASN di Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) setempat, mengalami kecelakaan kerja.
Dua jari kakinya nyaris putus. Kendati sudah pakai sepatu boot karet. Peristiwa itu terjadi Senin (30/05/2022) lalu. Hanya saja tak tersentuh media.
“Tapi syukur alhamdulilah, kondisi kakinya masih bisa diselamatkan. Setelah dibawa ke RS UMM, dioperasi dan disambungnya pakai alat pen (besi khusus sambung ke tulang). Kecelakaan ini adalah kedua kalinya,” ungkap Budi teman EN, usai menjenguknya, Minggu (5/06/2022).
Lanjut Budi, kecelakaan kerja pertama kalinya pada 2018 silam. Pisau rumput mengenai betis hingga ke tulang keringnya. Tapi alhamdulilah berhasil sembuh, dan kini kembali terjadi lagi kecelakaan menimpanya.
“Saya menganalisis sementara, sekaligus mendengarkan cerita dari beberapa orang yang bertugas. Pelaksanaan pemotongan rumput di setiap lapangan, boleh dikatakan belum memenuhi safety secara seratus persen,” tegas Budi.
Di lapangan, sepertinya hanya dibekalinya dengan sepatu boot. Akan tetapi, tanpa dilengkapi Wearpack dan alat pengaman lainnya. Walaupun didukung perlengkapan mesin potong rumput.
“Sehingga sisi keamanannya untuk petugas potong rumput, jauh dari kategori aman. Disisi lain, perawatan maupun pemeliharaan mesin potong rumput tidak dilakukan secara berkala.
Dilakukan semampunya petugas yang memperbaikinya, tanpa didukung anggaran memadai,” tandasnya.
Cerita selanjutnya, pemotongan rumput bakal dilakukan. Manakala diinstruksikan oleh Disporapar, ketika ada permintaan atau permohonan pemakaian lapangan dimana pun dibutuhkan.
“Namun jika tidak dibutuhkan atau dipakai, ya sebulan atau tiga bulan. Rumputnya ya dibiarkan tinggi begitu saja. Sebulan setengah saja, tingginya sudah sekitar 30 centimeter,” bebernya.
Ketinggian rumput ilalang itu, tidak mengetahui adanya gumpalan tanah, bebatuan, kayu dibaliknya. Sehingga pisau rumput bisa jadi berbenturan dan berdampak seperti menimpa EN ini.
“Saya merasa heran saja. Kenapa anggaran di dinas bisa sampai tidak teralokasikan untuk perawatan atau pemeliharaannya. Peristiwa kecelakaan kerja secara tidak langsung merugikan pekerja. Mengingat, Disporapar tidak mengeluarkan sepeser pun, karena sudah ditanggung BPJS,” cetusnya.
Sementara, seorang teman EN lainnya tidak mau disebutkan identitasnya, membenarkan apa yang sudah diceritakan panjang lebar oleh Budi, kurang lebihnya seperti itu.
“Secara prosedural pemotongan rumput belum diketahuinya secara pasti dan jelas. Sejauh ini ia bekerja hanya berdasarkan naluri dari hatinya. Bagaimana cara membersihkan rumput di lapangan yang benar dan baik, ketika sudah tinggi sekitar 30 centimeter,” ujar pria berkumis ini.
Sambungnya lagi, kalau secara peralatan mesin pemotong rumput memang sudah lengkap. Mulai mesin potong model gendong, model dorong maupun seperti mobil sudah tersedia. Penggunaannya secara bergantian.
“Akan tetapi, safety dan prosedural bisa dikatakan belum terpenuhinya secara seratus persen untuk sisi keamanannya. Oleh karenanya, semoga dengan peristiwa kecelakaan kerja ini, pihak dinas berkenan melengkapi keseluruhan,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Disporapar Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni menyampaikan, pihaknya sudah membawanya ke RS UMM sekaligus kontrol rawat jalannya. Pengobatannya pakai BPJS, kondisinya saat ini tengah recovery.
“Kami sudah menariknya bertugas ke Stadion Gajayana. Selain itu, alat yang dipergunakan diperintahkan untuk tidak dipakai lagi,” ucap Ida Ayu.
Perlu diketahui, kecelakaan kerja bisa jadi yang dialami korban lagi blanc (kurang konsentrasi), atau bisa jadi lagi ada masalah di keluarganya.
“Dari kelima orang yang bertugas hanya dia yang mengalami kecelakaan kerja,” pungkasnya. (Iwan – Ra Indrata)