
Malang Post – Empat desa di Malang Selatan menerima bantuan dari JRCS (Japanese Red Cross Society) dan disalurkan PMI Kabupaten Malang. Senin (23/5/2022) siang, giliran Desa Tumpakrejo, Kecamatan Gedangan, menerima peralatan mitigasi kebencanaan.
Bantuan tersebut merupakan bagian dari Program Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Bencana Berbasis Masyarakat dan Sekolah, hasil kerjasama antara Palang Merah Indonesia (PMI) dan Japanese Red Cross Society (JRCS).
Bantuan peralatan mitigasi dan tanggap darurat bencana, Senin siang diserahkan langsung Ketua PMI Kabupaten Hj Jajuk Rendra Kresna SE MM kepada Miselan, Kepala Desa Tumpakrejo Gedangan dan relawan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) Tumpakrejo.
Selain Desa Tumpakrejo, bantuan juga diterima Desa Purwodadi, Desa Pujiharjo dan Desa Argoyuwono. Ada kategori tertentu yang dipilih langsung dari hasil survei perwakilan JRCS. Desa terpilih ini, termasuk 3 daerah rawan bencana tsunami dan daerah rawan bencana gunung berapi.
“Sebelumnya ada survei dari JRCS dan kemudian dipilih 3 desa. Harapan kami, peralatan ini bermanfaat, dirawat dan ada yang bertanggung jawab. Warga juga perlu diberi pemahaman makna rambu itu, ” ungkap Jajuk Kresna kepada Malang Post, Senin siang.
Menurut Jajuk, sosialiasi makna tanda rambu juga perlu dilaksanakan intensif para pemuda atau petugas yang terlibat dalam kemitigasian seperti SIBAT. Edukasi ini bisa saja dilakukan di lingkungan atau aktivitas keseharian sehingga masyarakat paham maksud rambu.
Peralatan yang diserahkan diantaranya, tenda, tandu, pelampung, Handy Talkie, tabung oksigen, ring buoy, alat penyedot air, rambu jalur evakuasi, rambu tanda bahaya dan rambu tanda titik kumpul. Nilai peralatan senilai Rp 50 jutaan.
“Tolong teman-teman Sibat disosialiasikan ke masyarakat, itu rambu bukan papan semata, paling tidak warga tahu apa yang musti dilakukan untuk menyelamatkan diri,” pinta Anggota DPRD Provinsi Jatim kepada relawan Sibat.

Terkait potensi bencana alam, terutama longsor dan tsunami, Desa Tumpakrejo Gedangan ini sangat tepat menerima bantuan. Pusat desa (balai desa) ini berjarak sekitar 8 Km. Daerahnya berbukit dengan rumah warga sebagian di pinggiran bukit.
Satu paling jadi fokus perhatian. Adanya sekitar 40 KK atau 1 Rukun Tetangga (RT) di pesisir pantai, dekat pantai Wonogoro. Ketika ombak laut pasang dan terjadi banjir rob, warga merasakan dampaknya. Namun warga telah terbiasa dengan kondisi itu.
Di lain sisi, sayangnya, seperti disampaikan Miselan, jalan pedukuhan atau jalur satu-satunya penghubung jalur JLS dengan Desa, tergolong bukan jalur yang apik. Miselan pun berharap ada bantuan dari pemerintah, baik itu Pemkab ataupun Pusat.
Perkara mitigasi dan evakuasi warga dari dampak bencana alam memang terkait langsung dengan kelancaran dan jalur cepat yang bisa lancar dilewati. Faktanya, jalan evakuasi ke titik kumpul dari JLS, masih banyak aspal jalan berlubang.
Tanggapi keluhan Miselan, Jajuk yang juga anggota DPRD Provinsi Jatim ini berencana akan berkordinasi dengan Pemkab Malang dan dinas terkait, termasuk menanyakan permintaan kebutuhan papan rambu evakuasi di Desa Tumpakrejo. Permintaan papan rambu pernah diminta ke Provinsi. (Santoso FN)