Malang Post – Wali Kota Malang, Drs. H. Sutiaji menjelaskan, setelah dilakukan peninjauan di lapangan, mayoritas sembako ditemukan mengalami kenaikan harga.
“Hal itu disebabkan kenaikan harga BBM. Sekaligus setiap menjelang lebaran. Kenaikan harga sembako dirasa cukup lumayan,” jelas Wali Kota Sutiaji, Rabu (27/04/2022).
Fakta itu didapatkan, sewaktu bersama Forpimda dan TPID, serta Diskopindag setempat, melakukan peninjauan secara acak di pasar tradisional dan distributor sembako. Termasuk saat meninjau ke Pertamina, pasokan BBM dan LPG.
“Adanya kenaikan ditemukan di Pasar Bunul, Blimbing. Juga didistributor sembako di CV Podo Seneng, Jatimulyo, Lowokwaru. Terakhir, terpantau peningkatan kebutuhan BBM dan LPG kisaran 10 sampai 20 persen,” tandasnya.
Pria pecinta bulutangkis ini menyebutkan, kenaikan harga sembako tidak akan signifikan di setiap menjelang lebaran. Berhubung bersamaan naiknya harga BBM, inflasi di Kota Malang harus cepat dikendalikan.
“Turut mempengaruhi inflasi, utamanya mahalnya harga minyak goreng. Disusul kenaikan tepung sampai 20 persen. Ikan laut, cabai, bawang merah, daging ayam dan lainnya. Oleh karenanya, inflasi harus dikendalikan secepatnya,” sebutnya.
Terkait pasokan BBM, LPG dan beras, pria asli Lamongan ini menegaskan, ada peningkatan kebutuhan menjelang lebaran sekitar 10 sampai 20 persen.
“Akan tetapi, masyarakat tetap diimbau tidak panic buying. Disebabkan, pasokan atau ketersediaan BBM, LPG dan Beras aman hingga selesai lebaran Idul Fitri,” tegasnya.
Sedang Sales and Brand Manager PT Pertamina, Ahmad Ubaidillah menyebut, ketersediaan LPG masih tetap tersedia. Semisal, pasokan LPG 3 kg dan 12 kg tiap harinya mencapai 500 matrix ton terpenuhi.
“Adapun pasokan menjelang lebaran hingga lebaran, diperkirakan kenaikan kebutuhan 10 persen. Dijamin tidak terjadi kelangkaan dan masyarakat diminta membeli di pangkalan resmi,” tandas Ubaid.
Berikutnya, owner CV Podo Seneng, Jeffrey Nugroho menginformasikan, kenaikan sembako sempat dialami olehnya. Pertama kali BBM harganya naik per 1 April 2022 lalu.
“Tapi hanya berlangsung beberapa minggu saja, setelahnya cenderung stabil lagi. Hanya tepung terigu yang mengalami kenaikan, dan lainnya mengikuti harga pasaran,” pungkasnya. (Iwan – Ra Indrata)