Malang Post — Identitas korban mengambang di perairan Ngliyep dekat Gunung Kombang terungkap Senin (20/12/2021) malam. Korban bernama Rasiti (56) warga Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.
Pagi ia keluar tanpa pamit dan siang keluarga menemukan selembar pesan terakhir. Hingga Senin (20/12/2021) sore, jenazah wanita belum diketahui identitas, mengambang di perairan Ngliyep Donomulyo. Satu jam lebih perjalanan dari Pagak.
Sekitar pukul 22.35, ambulan Desa Tambakrejo tiba di halaman ruang Instalasi Forensik RSU Dr Saiful Anwar Malang. Tampak pula Kanit Gakkum Satpolairud Sendangbiru dan anggota PSR Malang Selatan.
Yusuf (24) seorang karyawan kantor radio dan rekannya segera menengok kondisi jenazah. Awalnya, masih belum pasti apakah jenazah tersebut adalah Rasiti, salah satu familinya. Ia sendiri tahu setelah menengok media sosial Fesbuk.
Setelah menengok wajah dan guratan tanda operasi di tangan, ia pun yakin, korban adalah Rasiti. Segera ia menghubungi famili di Pagak. Hingga pukul 23.00 WIB, kakak dan adik Rasiti tiba di kamar jenazah. Datang pula putri tunggal Rasiti.
Yakinlah keluarga, jika itu jenazah Rasiti. Iptu Yoni Pribadi, Kanit Gakkum Satpolairud kemudian menjelaskan apa yang musti dilakukan keluarga. Apakah melanjutkan penyelidikan ataukah menyatakan kejadian yang dialami Rasiti adalah musibah murni.
Keluarga kemudian menceritakan awal sebab hilangnya Rasiti. Pagi sekali, Rasiti tidak berada di rumah. Yusuf (24) menceritakan bibinya keluar tanpa pamit pagi sekali. Baru siangnya, ditemukan selembar pesan dari Rasiti.
“Tulisan wasiat itu ketahuan di kamar. Di rumah tinggal dengan suami saja. Anaknya tunggal putri, tinggal beda rumah. Tetangga tidak ada yang tahu, kemungkinan lewat pintu belakang,” cerita Yusuf kepada wartawan.
Famili lainnya menyebut, pesan itu diletakkan di dapur rumah korban. Selembar kertas itu berisi tulisan yang dipastikan guratan tangan Rasiti. Ada sejumlah pesan Rasiti soal tanggungan. Ada pula tulisan, titip salam untuk anak dan cucu.
“Aku saiki metu saka omah. Aku ojo digoleki. Aku wes gak kuwat jalani hidup. Selamat tinggal Pak. Sepurane….” isi surat korban Rasiti. Pesan itu seolah pertanda Rasiti akan pergi jauh. Senin Subuh, Rasiti masih ada. Namun selepasnya, tidak terlihat.
Beberapa tahun sebelumnya, Rasiti pernah jatuh depresi. Beberapa saat lalu depresinya kambuh. “Sempat dulu pernah depresi. Sembuh, empat tahunan. Lalu depresi lagi kambuh,” ungkap Yusuf.
Sekitar pukul 00.00 WIB, jenazah yang telah divisum luar lalu dibawa ambulan menuju rumah duka. Keluarga menandatangani surat pernyataan menolak otopsi disertai materai dan ditandatangani keluarga serta perangkat desa. Pesan terakhir korban jadi barang bukti. (yan)