Malang Post – Tahun 2022 Indonesia menjadi tuan rumah presidensi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Hal ini dipandang oleh para pengamat dan eksekutif menjadi kesempatan Indonesia untuk mendongkrak perekonomian bangsa yang begitu terpukul akibat pandemi.
Usman Kansong, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo dalam dialog produktif KPC-PEN bertajuk Resiliensi dan Optimisme menuju 2022, menyampaikan agar semua pihak membangun optimisme.
“Kita akan menjadi presidensi G20 sepanjang tahun 2022. G20 akan membawa dampak sangat besar dari sisi ekonomi,” ujarnya, Jumat (3/12/2021).
Menurutnya, dengan menunjukkan kemampuan Indonesia sebagai presidensi G20, kepercayaan global terhadap nusantara juga akan meningkat. Selain itu, Indonesia sebagai tuan rumah bisa mengusulkan isu penting dalam G20.
“Presiden Jokowi membidik global health architecture, yang inklusif dan merata, bukan cuma untuk negara maju, tetapi juga untuk negara berkembang,” ujarnya.
Menurutnya, isu ini vital bagi jaring pengamanan ekonomi dan kesehatan negara yang terserang pandemi. Selain itu, Indonesia akan mengusung isu transisi digital ekonomi dan transisi energi dari fosil ke energi terbarukan.
“Meski demikian ada syaratnya. Kita harus menjaga prokes. Kita harus menunjukkan kita mampu menjadi tuan rumah. Apalagi ada ancaman varian baru Omicron,” tambahnya.
Dengan formula PPKM, Indonesia bisa mengatasi ancaman varian baru, serta menyeimbangkan perkembangan kesehatan dan ekonomi nasional.
Sementara itu, Piter Abdullah, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) hadirnya G20, merupakan kesempatan besar bagi Indonesia untuk menampilkan potensi yang dimiliki kepada dunia luar atau global.
“Ini mirip kalau kita inisiasi atau memimpin pertemuan Asia Afrika, yang pada waktu itu dampaknya sangat luar biasa di global,” jelas Piter Abdullah.
Dari apa yang disampaikan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Presiden bertekad untuk tidak hanya menjadikan G20 tidak sekadar tempat kumpul. Tapi untuk benar-benar menghasilkan substansi yang tidak hanya baik dalam tataran konsep, juga dalam tataran implementasi.
Dalam kesempatan G20 ini, disampaikan Piter, Indonesia bisa mengajukan isu-isu substansi yang relevan dan bermanfaat bagi Indonesia maupun bagi global.
“Isu terkait arsitektur kesehatan global yang sampai saat ini dikatakan sangat tertinggal dibandingkan dengan arsitektur keuangan global. Kalau misal, sebuah negara ada permasalahan keuangan ada lembaga yang menangani, ada IMF, ada World Bank,” papar Piter.
Lanjut Piter, pada sisi kesehatan, saat ini belum memiliki lembaga layaknya IMF maupun World Bank. Karena itu, saat terdapat negara terkena pandemi yang berpotensi mengancam kesehatan global, maka perlu ada protokol global.
“Indonesia memiliki posisi yang sangat penting. Kita bisa menginisiasi, walaupun jujur tantangan pasti sangat berat. Isu kesehatan global adalah isu yang tidak mudah. Isu digital ekonomi, isu terkait energi, isu ini juga sangat perlu mendapatkan perhatian,” jelasnya.
Sementara itu, dr Siti Nadia Tarmizi, MEpid, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI menyebut Indonesia sudah sangat baik dalam penanggulangan covid. Spot foto di banyak negara memberikan apresiasi terhadap manusia terkait upaya dalam penanggulangan Covid-19.
“Seperti Amerika serikat dan uni Eropa sudah menkategorikan negara kita negara aman untuk dikunjungi oleh warganya. Tidak ada larangan dari otoritas Amerika Serikat maupun Uni Eropa untuk warganya datang ke Indonesia. Ini suatu hal yang baik,” ungkap Siti Nadia Tarmizi.
Lebih lanjut dijelaskan, Indonesia menjadi bagian dari global. Di era saat ini, tentunya tak bisa lepas satu dengan yang lainnya. Terlebih lagi kaitan dengan ekonomi. Terdapat interaksi maupun pertukaran dengan negara lain. (yan)