Malang Post — Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menyambut perkuliahan tatap muka bagi mahasiswa baru (maba) dengan tangan terbuka. Tak hanya menyiapkan sarana dan prasana yang dibutuhkan dalam perkuliahan offline, kesehatan mental juga menjadi poin penting dan tak luput untuk diperhatikan.
Maka digelarlah Webinar Bimbingan dan Konseling dengan tema “Membangun Kesiapan Mental Mahasiswa Menyongsong Perkuliahan Tatap Muka”. Acara berlangsung Selasa (16/11/2021) di Meeting Room Gedung Megawati melalui Zoom Meeting.
Keynote Speaker Webinar Dr. H. Nur Ali, M.Pd saat membuka webinar mengatakan, efek pandemi sangat dirasakan semua kalangan, termasuk mahasiswa. Pembelajaran yang biasanya dilakukan offline, berubah total menjadi online.
Ini menimbulkan berbagai problem, salah satunya kejenuhan dalam belajar. Karena interaksi antara dosen dengan mahasiswa, maupun mahasiswa dengan mahasiswa tidak berjalan maksmial.
“Seakan-akan enak bisa kuliah di rumah. Tapi lama-kelamaan menimbulkan kebosanan”, ujar Nur Ali.
Nur Ali menegaskan perkuliahan tatap muka penting dilakukan. Sebab di dalamnya ada proses interaksi sosial yang menjadi salah satu poin pendukung kesuksesan belajar. Pria kelahiran Lamongan tersebut melanjutkan, perkuliahan tatap muka bertujuan untuk terus membimbing potensi mahasiswa.
Selain interaksi sosial, lingkungan di mana mahasiswa tinggal sangat mempengaruhi potensi mahasiswa. Jika berada dalam lingkungan yang positif, maka mahasiswa juga akan memiliki energi positif dan sebaiknya.
“Setiap orang punya dua potensi, yaitu baik (positif) dan buruk (negatif) yang harus dibimbing, ditata dan diatur. Tentunya supaya mahasiswa memiliki kesehatan mental yang baik,” terang Nur Ali.
Sementara Dr. Esa Nur Wahyuni, M.Pd yang didapuk menjadi narasumber webinar memaparkan tentang membangun kesehatan mental di kampus. Menurutnya sumber masalah dalam kesehatan mental bersumber dari kampus.
Misalnya kuliah online, tugas menumpuk, materi sulit dipahami, kurang fokus, minat belajar menurun, mengantuk, terlebih rasa malas semakin bertambah, sinyal kurang mendukung, teknologi kurang memadai, boros kuota hingga dilema biaya kuliah yang tetap dibayar meskipun perkuliahan berlangsung secara online.
“Hal inilah mengapa kesehatan mental mahasiswa perlu dibangun”, ujar Esa. Dengan kesehatan mental, sambung Esa, mahasiswa baru yang belum pernah merasakan kuliah offline akan segara beradaptasi dengan baik.
Karena perkuliahan mengalami perubahan yang cukup signifikan dari online ke offline. “Ketika kita sehat secara mental, kita dapat menyadari kemampuan kita. Mengatasi stres, bekerja secara produktif dan berkontribusi pada masyarakat,” ujarnya.
Bagaimana cara menjaga kesehatan mental positif? Esa mememberikan tiga tips jitu. Pertama, terhubung dengan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang terhubung dengan orang lain dan terkoneksi dengan orang lain menjadi kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Tips yang kedua, lanjut Esa, menyadari diri, artinya memahami kelebihan dan kekurangan diri.
Sementara tips ketiga yaitu olah raga. Hasil penelitian menunjukkan orang yang rajin berolah raga 43,2 % dapat mengurangi pronblem kesehatan mental lebih baik dari pada orang yang tidak berolah raga. “Ada kasus seorang yang usia lanjut kena covid-19 dan bisa sembuh. Karena sejak muda rajin berolah raga”, sambu Esa menututup pembicaraan.
Ketua Laboratorium Bimbingan Konseling FITK, Imro’atul Hayyu Erfantinni, M.Pd menegaskan layanan laboratorium bimbingan dan konseling meliputi empat aspek yakni pribadi, sosial, akademik dan karir. Hal-hal yang berkenaan dengan aspek tersebut dapat dilayani laboratorium bimbingan dan konseling secara individu maupun kelompok sesuai dengan alur pelayanan yang sudah dicantumkan.
“Kami siap melayani bagi mahasiswa yang membutuhkan bimbingan konseling. Jangan khawatir, data mahasiswa yang berkonsultasi akan dijaga kerahasiaannya”, tegas Hayyu. (yan)