Malang Post – Universitas Islam Malang (Unisma) kembali menggelar seminar nasional bersama Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta, Jumat (5/11/2021). Tujuannya mendorong dan mewujudkan generasi bangsa yang unggul dan bermoral.
Melalui sinergitas yang dibangun bersama Menteri Koordinator bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) dan juga Forum Rektor Indonesia (FRI).
Seminar tersebut mengusung topik: Aksi Nyata Revolusi Mental Perguruan Tinggi Dalam Mewujudkan SDM Unggul Menuju Indonesia Maju.
Dilakukan daring via zoom dengan 500 peserta nasional. Hadir sebagai pemateri yakni Rektor UGM Prof Ir Panut Mulyono M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng dan rektor unisma Prof Dr H Maskuri M.Si, didampingi jajaranNya.
Dalam paparannya, Rektor UGM mengutip pernyataan Mendikbud beberapa waktu lalu. Indonesia diprediksi bisa menjadi negara maju berperingkat kelima di tahun 2030.
Syaratnya, harus memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan tentunya ditunjang melalui pendidikan yang mumpuni.
“Di samping itu, karena Allah telah memberikan bangsa Indonesia rahmat dan karunia yang luar biasa. Kita punya laut yang sangat luas yang di dalamnya banyak sumber daya,” ujarnya.
“Apakah kekayaan kita telah memakmurkan bangsa kita?,” ia bertanya.
“Harapannya begitu, tapi saat ini belum memakmurkan seluruh elemen bangsa. Dan belum menjadikan keunggulan kompetitif bangsa Indonesia dibanding bangsa lain. Kita banyak masih di bawah,” tuturnya.
Panut menekankan, kunci dari itu semua adalah SDM. Namun, SDM yang ia maksud tidak hanya sekedar SDM biasa. Yakni SDM yang mencintai perdamaian, mencintai negara, menghargai perbedaan, dan memiliki etos kerja.
“Dari semua itu harapannya kita menjadi bangsa dengan SDM yang menguasai teknologi. Ini kunci negara bisa maju dan berdaya saing,” tegas Prof Panut Mulyono.
Sementara itu, Rektor Unisma Prof Maskuri juga memberikan tanggapan, bahwa menurutnya saat ini, Indonesia memerlukan revolusi mental. Karena masih banyak praktik-praktik dalam berbangsa dan bernegara yang dilakukan di luar ‘rel’.
“Dengan kata lain, sebagai bangsa kita kehilangan nilai-nilai integritas,” ungkapnya.
Integritas yang dimaksud adalah integritas moral, kerja, membangun kedisplinan, kebersihan dan lainnya. Maka dari itu, bagaimana upaya agar hal tersebut bisa dibangkitkan lagi.
Hal itu tentunya dengan membangun sikap profesional, dengan kompetensi sesuai bidang karakter yang baik. Selain itu, harus memiliki keberanian dan memiliki sikap mandiri serta mampu bekerjasama. “Ini yang kita bangun,”jelasnya.
Maskuri yang juga sebagai pemateri menyampaikan, di bidang perekonomian, bangsa Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain. Salah satu faktornya, karena bangsa Indonesia kurang memiliki etos kerja keras, daya juang, daya saing, semangat mandiri, kreativitas dan semangat inovatif.
Sebagai bangsa, harus mengutamakan kembali identitas. Karakter kuat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mempunyai semangat gotong royong. Saling bekerjasama demi kemajuan bangsa meluntur.
“Kita harus mengembalikan karakter bangsa Indonesia ke watak luhurnya yaitu gotong royong,” jelasnya. (yan)