Malang Post — Desa Beji, Kecamatan Junrejo dikenal sebagai sentra perajin tempe di Kota Batu. Lantaran sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai produsen tempe. Total terdapat lebih dari 360 produsen tempe di desa tersebut.
Terbaru, Desa Beji mengeluarkan dan mematenkan batik tempe khas desa itu. Batik itu pertama kali dikenalkan saat perhelatan Festival Beji Kampung Tempe (FBKT). Batik tempe yang akan menjadi ikon baru Desa Beji itu, didesain langsung oleh putra daerah.
Wanita pedesain batik tempe itu, bernama Refriza Masrita Putri. Seorang wanita kreatif asal Desa Beji ini, berhasil melahirkan batik motif tempe.
“Dukungan masyarakat untuk membumikan Desa Beji sebagai sentra tempe sungguh luar biasa. Karena itulah saya tidak mengalami kesulitan dalam memberikan pelatihan dan arahan terkait produk Batik Tempe Beji ini,” tutur Refriza, Senin (1/11/2021)
Mahasiswa alumni Universitas Negeri Malang itu, ternyata bukan kali pertama menjadi tutor atau designer batik. Sebelumnya, ia telah menciptakan Batik Tugu Gentong untuk Desa Junrejo dan Batik Sayur untuk Desa Torongrejo.
Kepala Desa Beji, Deny Cahyono mengatakan. Dalam setiap festival tempe yang digelar di desanya, akan selalu melahirkan karya seni berbeda, seperti pada Festival Ide Sote 2019.
“Pada festival tempe pertama dengan tajuk Ide Sote (Isuk dele sore tempe) yang artinya pagi kedelai sore jadi tempe, saat itu berhasil melahirkan karya tari dan lagu berjudul Gambang Tempe,” ujar Deny.
Namun karena tahun 2020 ada pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan berbagai sektor mulai ekonomi, pendidikan dan kesehatan, event serupa ditiadakan. “Semua anggaran saat itu, kami alihkan untuk penanganan pandemi yang begitu dahsyat awal 2020. Sekarang, alhamdulillah kami sedikit bisa bernafas dengan makin menurunnya angka Covid,” katanya.
Tradisi festival tempe yang setiap tahun pihaknya lakukan itu, merupakan penghormatan bagi 360 pengrajin tempe di Desa Beji. Lantaran para perajin tempe itu, sudah turun temurun mempertahankan tradisi dan menjadi penopang ekonomi masyarakat.
“Masyarakat kami sangat kreatif. Mereka menemukan berbagai cara untuk mempromosikan Desa Beji sebagai sentra tempe. Salah satunya dengan festival semacam ini. Sehingga harus menjadi kegiatan wajib setiap tahun,” harapnya.
Di sisi lain, Pemdes telah menganggarkan untuk membangun pusat oleh-oleh yang nantinya akan menonjolkan ikon Desa Beji. Berupa aneka ragam olahan tempe hingga furniture berbentuk tempe.
“Awal tahun 2022 nanti pembangunan Kantor Desa Beji akan dimulai dengan lama pembangunan tiga tahun. Begitu kantor baru jadi, kantor lama akan kami sulap menjadi pusat oleh-oleh khas Desa Beji. Apalagi letaknya persis di pinggir jalan provinsi,” tuturnya.
Terkait olahan tempe sebagai sajian kuliner khas Desa Beji, pihaknya tidak ingin gegabah. Maka pihaknya menggandeng Akademi Analis Farmasi (Aka Farma) sebagai tim kontrol produk. Sementara itu, Camat Junrejo, Dian Saraswati menyampaikan kagumnya atas potensi masyarakat Desa Beji. Mendatang, ia akan memberikan dukungan lebih atas kreativitas masyarakat.
“Hadirnya Batik Tempe Beji ini, tentunya menambah kekayaan heritage bagi Kota Batu. Saat semua desa bergeliat dengan wisata, Desa Beji menemukan cara unik untuk menciptakan ikon. Yakni kreasi batik,” tandasnya. (yan)