Malang Post – Hampir dua tahun alam kita berkabut Covid-19 yang memaksa semua orang harus beradaptasi dengan banyak hal. Tak jelas kapankabut itu sirna, yang bias dilakukan adalah berkompromi dengannya. Hidup dengan tatanan baru.
Dunia pariwisata Kota Batu saat ini sedang dalam ujian besar pembuktian kedigjayaannya. Kota Batu beberapa kali membuktikan kekuatannya di masa krisis moneter menerpa Indonesia tahun 1998 dan 2008 saat mayoritas bisnis mengalami kerugian dan berusaha survive.
Namun kota wisata ini menunjukan pertumbuhan yang tinggi. Saat itu Kota Batu menjadi destinasi utama sebagai relaksasi dan balancing dalam menghadapi kesulitan.
Berbeda dengan masa pandemi ini, dimana ruang gerak manusia sangat dibatasi atas nama pembatasan penyebaran penyakit. Begitu pula kesadaran masyarakat akan kesehatan membuat konsumen menuntut kita menjaga jarak aman.
Saat ini bertepatan dengan HUT-nya yang ke-20, pariwisata Kota Batu sedikit diberi kelegaan dari penyakit sesak nafas yang diidapnya selama ini. Namun dunia pariwisata Kota Batu tak luput dari keharusan berkompromi dengan tatanan baru itu.
Bagaimana seluruh stakeholder mengerahkan seluruh daya upayanya untuk dapat meyakinkan wisatawan bahwa Kota Batu bersama para pelaku wisata didalamnya telah menerapkan protokol kesehatan dengan sangat ketat.
Dan berupaya maksimal memenuhi kriteria pemerintah pusat agar masuk kategori kota yang telah mencapai herd immunity seperti kota tetangganya Blitar.
Capaian vaksinasi dosis pertama di Kota Batu, mencapai 69,47 persen atau sudah menyasar 114.576 orang. Capaian itu hampir memenuhi capaian minimal terwujudnya herd immunity atau kekebalan kelompok yaitu 70 persen.
Pola bisnis dan pelayanan mengalami perubahan standard semenjak pandemi covid-19 melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia. Perubahan tersebut dinilai kembali berlanjut hingga tahun depan, di mana dunia sedang memasuki masa recovery.
Berbagai aspek yang sepatutnya diperhatikan dan atau diadaptasi dalam masa recovery saat ini:
1. Penerapan protokol kesehatan yang ketat beserta berbagai penerapan teknologi yang menyertainya. Tentunya untuk penerapan teknologi sesuai dengan kemampuan setiap tempat.
2. Inovasi. Pengetatat protokol kesehatan ini harus dikemas dengan kreatif sehingga tidak berkesan mengurangi ruang gerak dan kenyamanan wisatawan.
3. Engagement atau keterikatan dengan para wisatawan harus dibangun untuk memupuk kepercayaan psikologis yang kuat
4. Kolaborasi, karena sinergi dari seluruh stakeholder berpeluang mengangkat berbagai potensi bisnis lokal sebagai daya jual baru untuk mengundaang wisatawan datang ke Kota Batu.
Seperti disampaikan oleh Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko pada peringatan hari jadi sebelumnya, “Masih banyak tugas yang perlu kita kerjakan dan membutuhkan kepedulian dan tanggung jawab kita bersama, serta tantangan yang lebih berat menghadang kita, di mana kesemuanya itu membutuhkan semangat dan tekad kerja keras di dalam rasa kekompakkan kita bersama untuk menghadapinya”.
5. Digitalisasi sebagai unsur dari transformasi di saat pandemi. Saat banyak kegiatan beralih menjadi online, bisnis harus mempercepat adaptasi dan inovasi dengan memanfaatkan teknologi lainnya seperti penggunaan mesin, otomasi, sampai sistem contactless. Digitalisasi harus bisa dikolaborasikan dengan aspek human, sehingga menjadi pendekatan bisnis yang humanis.
Kita dituntut untuk bisa memenuhi kebutuhan (needs), mempertimbangkan keinginan (wants), dan harapan (expectations) yang wisatawan inginkan. Berbagai program dan promo ditawarkan saat pandemi ini seperti staycation, paket isoman, work from hotel dan lainnya sebagai bentuk adaptasi dan akomodasi dari needs, expectations dan wants tersebut.
Yang perlu diingat adalah adaptasi tersebut tidak bersifat musiman atau adaptasi kondisi saat ini saja, namun perlu dipikirkan jauh kedepan bagaimana setelah kondisi pandemi ini terlewati.Semoga moment perayaan hari jadi Kota Batu ke-20 ini menjadi momentum lompatan khususnya dunia wisata, sebagaimana Kota Batu membusungkan dada menghadapi berbagai krisis di tahun-tahun sebelum ini.Dirgahayu Kota Wisata Batu yang ke-20. The Little Swiss In Java. Oktober 2021.
(Penulis: Rudy Rinanto Rachmat, General Manager Zam Zam Hotel & Convention Batu)
1 thought on “QUANTUMLEAP DUNIA WISATA KOTA BATU DI HARI JADINYA KE-20”