Malang Post – Jumlah buruh migran Indonesia yang berada di luar negeri sebesar 4,5 juta jiwa. Sebagian besar diantara mereka adalah perempuan (sekitar 70 %) dan bekerja di sektor domestik (sebagai PRT/Pembantu Rumah Tangga) dan manufaktur.
Rentang usia mereka berada pada usia produktif (diatas 18 tahun sampai 35 tahun). Dimasa pandemi ini, banyak pekerja migran yang terpaksa dipulangkan. Bahkan tidak bisa memperpanjang kontrak di negara tempat bekerja, karena melemahnya perekonomian majikan.
Setelah pulang ke Indonesia, para mantan pekerja migran ini, harus memutar otak. Agar bisa mengelola gaji yang mereka dapatkan saat bekerja di luar negeri. Tak jarang mereka menghabiskan hasil jerih payahnya, dikarenakan kurangnya keterampilan berwirausaha.
Maka, tim pengabdi yang diketuai Lisa Sidyawati S.Pd M.Pd (Jurusan Seni dan Desain) dengan anggota Tika Dwi Tama SKM M.Epid (Jurusan Kesehatan Masyarakat) dan Anggaunitakirantika S.Sos M.Sosio (Jurusan Sosiologi), melalui dana Pengabdian kepada Masyarakat PNBP LP2M Universitas Negeri Malang memberikan pelatihan ketrampilan para pekerja migran Indonesia yang sudah pulang ke kampung halaman.
Kegiatan pengabdian ini adalah Pelatihan Pembuatan Souvenir dengan Teknik Sticky Tape Printmaking dan Batik Cap sebagai Modal Keterampilan Wirausaha. Dilakukan selama dua hari, 9-10 Oktober di Pendopo Dewan Kesenian Malang.
Pengabdi merasa sangat penting melakukan pengabdian ini. Karena produk yang diciptakan adalah sebuah souvenir yang dapat dijual mandiri maupun menitipkan produk pada toko-toko di pusat oleh-oleh yang dapat membantu perekonomian pasca pulang.
Kepada wartawan Malang Post DI’s Way, Selasa (12/10/2021) Lisa Sidyawati S.Pd M.Pd mengatakan. Produk souvenir yang pengabdi latihkan adalah pembuatan elemen interior antara lain: sarung bantal, gorden dan taplak meja bergaya shabby. Pengabdi memilih produk tersebut karena sedang trend gaya shabby.
Adalah kerajinan dunia yang sedang naik daun dan digemari masyarakat. Sedangkan ornamen binatang mitology digunakan untuk produk ini agar menjadi ciri khas identitas budaya ketimuran Nusantara. Hal tersebut dapat dijadikan branding ikonik souvenir.
Souvenir bukan hanya menyimpan memori akan perjalanan yang dilakukan. Melainkan sebagai ikon dari daerah tujuan wisata. Sekaligus memberi andil dalam mendukung pariwisata. Pengabdi memilih menggunakan teknik Sticky Tape Printmaking sebagai teknik pembuatan produk. Lantaran sangat mudah dilaksanakan dan hasilnya sangat estetik.
“Teknik ini memanfaatkan mika dan selotip untuk membuat cetakan pattern dan diwarnai menggunakan cat sablon. Selain sticky tape, pengabdi juga mengajarkan batik cap dimana batik ini paling mudah dipelajari. Jika produksi souvenirnya banyak, maka akan lebih cepat pembuatannya,” tegasnya. (yan)