Malang Post – Perempuan itu hebat. Perempuan itu tiang kesuksesan dalam segala hal. Itu disampaikan Prof DR Hj Diyah Sawitri MM. Dia membeberkan saat sarasehan dan pembentukan Perempuan Kerukunan Umat Beragama.
Forum yang beranggotakan khusus perempuan ini, merupakan gagasan FKUB Kota Malang. Lantaran perempuan mempunyai peran penting dalam menanamkan kedamaian dan kerukunan pada keluarga. Sebagai basis inti masyarakat.
Rektor Universitas Gajayana itu menuturkan. Dia sangat mengapresiasi penggunaan kata perempuan. Karena perempuan itu super. Lebih kuat dari laki- laki.
“Perempuan itu sangat kuat. Mampu melakukan tugas laki-laki. Perempuan itu, tiang kesuksesan apapun. Perempuan itu, kunci suksesnya keluarga, masyarakat dan negara“, bebernya.
“Seperti dalam forum ini. Masing-masing punya keyakinan dan agama berbeda. Maka dalam konteks ini, sebelum kita bicara lebih jauh, maka harus dicari tiangnya dulu, yaitu negara. Kita ini satu negara dan mempunyai Pancasila juga UUD 1945”, ujar Diyah.
Mewujudkan kebersamaan dalam perbedaan agama, bisa dilakukan dengan implementasi falsafah dalam Pancasila. Saat mengamalkan harus saling menghormati, saling menghargai dan saling mengayomi. Diyah melanjutkan. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, itu luar biasa. Tidak akan ditemukan di negara lain. Indonesia is different. Inilah yang membedakan, kita punya Pancasila dan UUD 1945.
“Kita harus bangga lahir di Indonesia. Negara yang mempunyai dasar kuat dengan sila pertamanya. Implementasi Pancasula itu saling menghargai, saling menghormati, saling menyayangi dan saling mengayomi,” jelasnya.
“Kita hidup ini bersama saudara. Maka jangan sampai kita menyakiti. Karena saudara kita juga akan tersakiti. Kepada mahasiswa saya selalu katakan silakan bicara, silakan bertanya Tapi harus punya etika. Karena kita harus saling menghormati”, tuturnya saat di hotel Tugu akhir pekan lalu.
Perempuan kelahiran Trenggalek ini, menyampaikan. Jika ada masalah atau konflik, itu hal yang lumrah. Karena pada dasarnya, tiap manusia itu berbeda. Maka, untuk menyelesaikannya perlu dicari sumber permasalahannya darimana.
“Jangan pernah menyakiti dengan kata-kata. Karena ini bisa menghalangi kesuksesan saudara kita. Di era seperti ini, jangan sampai kita menyebarkan informasi, jika informasi itu tidak memiliki sumber yang kuat”, imbuhnya.
Keragaman itu kehendak Tuhan, kata Diyah. Bahwa, Tuhan menghendaki manusia itu beragam, terpotret di negara Indonesia. Memiliki keragaman suku, etnis, budaya, bahasa dan agama.
“Nah pengamalan moderasi beragama itu penting. Hakikatnya adalah mengadakan kesadaran secara kolektif. Berdasarkan prinsip agama masing-masing, Pancasila dan UUD 1945”, ulasnya.
Moderasi beragama itu, ada yang harus dicapai dan pelaksanaannya membutuhkan civil society.
“Disinilah peran perempuan sangat besar. Karena pada hakekatnya perempuan itu selalu menjadi perhatian keluarga, lingkungan sekitar dan masyarakat luas. Mulai dari kepala sampai bawah. Hingga sepatu yang kita pakai. Intinya, perempuan itu adalah teladan bagi semua“, pungkasnya. (*yan)