Malang Post – Dra Rinawati MM, Kepala Bakesbangpol Kota Malang, memaparkan tugas dan fungsinya pada peserta sarasehan dan pembentukan perempuan lintas agama oleh FKUB Kota Malang di hotel Tugu, Sabtu ( 2/9/2021).
Perempuan yang tinggal di Kota Malang itu menyampaikan. Sebagai Kepala Bakesbangpol, dia bertugas melaksanakan pemerintahan dibidang persatuan bangsa dan politik.
Selain itu juga berfungsi melakukan pembinaan ideologi wawasan kebangsaan, menyelenggarakan politik dalam negeri, juga pemeliharaan ketahanan ekonomi sosial budaya, pembinaan antar suku dan intra antar suku, umat beragama juga partisipasi ormas.
Rina pada kesempatan ini memaparkan terkait kondisi Kota Malang. Ikonnya adalah kota bunga, kota pendidikan, kota pariwisata. Sekarang yang tren wisata kuliner, budaya, kota perdagangan.
“Saya ini termasuk salah seorang luar Kota Malang yang tertarik. Dulu setiap keluar dari kereta, udara atau oksigen yang keluar dari trembesi berasa sekali. Saya tidak terpikir bisa tinggal di sini.”
“Dulu hanya kepingin saja ternyata itu merupakan doa dan dikabulkan. Memang pernah kepingin saat mulai masuk kuliah karena suasanya yang sangat nyaman dan masyarakatnya ramah – ramah”, kisahnya.
Menurutnya Malang merupakan miniatur dari Indonesia. Karena di kota Malang semua ada. Mulai makanan dari Aceh sampai Papua ada semua. Banyak juga mahasiswa dari sana.
“Bererapa hari yang lalu kami juga menerima audensi dari pemuda Papua. Yang menamai dirinya solidaritas generasai Papua. Bermaksud untuk meningkatkan SDM para pemuda Papua agar nanti saatnya kembali mereka bisa berkontribusi berperan aktif di tanah kelahirannya”.
Dikatakan perbedaan – perbedaan itu ada dan nyata. Beda bahasa, beda budaya, beda suku, beda agama.
“Karena itu kita harus bersyukur di dalam perbedaan itu kita punya bahasa kesatuan yaitu bahasa Indonesia.Kita punya Pancasila yang juga bisa menyatukan perbedaan – perbedaan yang ada.”
Berdasarkan data pemerintah kota Malang, jumlah penduduk kota Malang berdasarkan agama dan jumlah tempat ibadah 936.315. Perempuan jumlahnya lebih banyak; 466.553 laki – laki dan 469.762 perempuan.
Sementara itu jumlah umat Islam 843.231 jiwa dengan 1.528 masjid . Ada 106 gereja dengan jumlah penganut Kristen 52.284 dan Katolik 34.439.
Kemudian penganut Hindu 1.527 jiwa dengan 5 Pura, penganut Budha 4.585 dengan 9 Wihara dan Khonghucu 148 jiwa dengan 1 Klenteng.
Menurutnya keberagaman itu bisa berdampak negatif dan juga bisa berdampak positif. Dampak posoitif karena perbedaan itu bisa menjadi potensi juga modal pembangunan.
Untuk saling melengkapi . Sedangkan berdampak negatif, menjadi sumber bencana, sumber perpecahan apabila yang berbeda tidak bisa harmonis, tidak bisa saling menghargai, bahkan saling menyalahkan.
Terkait moderasi beragama, Rina berpendapat hal tersebut merupakan sesuatu yang urgen walaupun sebenarmya dari dulu sudah ada mengingat bangsa Indonesia yang sangat plural.
Semua sudah melaksanakan akan moderasi beragama. Kenapa saat ini menjadi sangat urgen karena saat ini ada saja yang ingin merongrong persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia.
Moderasi beragama itu membawa misi kedamaian dan keselamatan dan strategis dalam menjaga kebinekaan. Sedangkan tantangannya itu terorisme, radikalisme, kemiskinan, informasi dan teknologi, persoalan korupsi dan alzemer sejarah .
Dalam hal ini perempuan juga terkadang menjadi korban dan juga rentan terpapar. Maka perlu adanya sinergitas tokoh agama perempuan lintas agama. (yan)
1 thought on “Perempuan Harus Bawa Kedamaian dan Moderasi Agama”