Malang Post — Doktor Mengabdi 2020, dilakukan Dr Lusy Asa Akhrani S.Psi M.Psi.T dan tim di kampung payung kertas. Hasilnya, terbentuk perilaku memilah sampah. Mulai dari dalam rumah 17 anggota komunitas dari total 60 warga RW 3 Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing Kota Malang.
Peningkatan kesadaran lingkungan akan lebih mudah dikerjakan melalui kegiatan yang dirancang dan dikerjakan komunitas yang memiliki masalah sosial. Daripada melalui edukasi instan. Seperti sosialisasi tak berkelanjutan dari pihak eksternal komunitas.
Mengingat jangkauan target baru mencapai 20 % dari total warga, maka dibutuhkan upaya lanjutan. Agar jangkauan target meluas. Hingga terjadi perubahan kognisi, afeksi maupun perilaku dalam pengelolaan sampah. Melalui kegiatan ini, Dr Lusy berharap, komunitas menjadi kekuatan bersama menghadapi bencana sosial dari sampah domestik.
Maka dilaksanakan kegiatan lanjutan pengabdian masyarakat tahun 2021. Untuk memperkuat empowerment community. Melalui beberapa kegiatan yang dapat memperluas target jangkauan. Seperti edukasi pengolahan dan pengelolaan limbah domestik serta membentuk jaringan media sosial komunitas.
Perilaku memilah sampah dari rumah telah terbentuk tahun 2020. Kegiatan berikutnya, selain memperluas dan menguatkan komunitas, adalah edukasi terkait manfaat limbah domestik dan cara mengolahnya. Ini membutuhkan rantai kegiatan lain. Sebagai sosialisasi pada masyarakat di dalam dan luar komunitas.
Diperlukan peran agen sosial remaja yang memiliki keterampilan mengelola media sosial sebagai media sharing ilmu dan sarana perubahan di dalam maupun di luar komunitas. Namun menggerakan pemuda dalam mengolah sampah adalah tantangan besar. Mengingat fokus, minat dan kebutuhan remaja berbeda dengan tujuan pengabdian masyarakat.
Pengabdian masyarakat tahun 2021 ini, berusaha memetakan peluang yang dapat menjadikan remaja tertarik. Hingga bersedia menjadi agen perubahan sosial terkait permasalahan lingkungan di kampung. Dilakukan pendekatan dan pemetaan selama 3 bulan. Hingga ditemukan beberapa peluang dan potensi keterlibatan remaja.
Dengan melibatkan karang taruna Gema Wiga Erat (GWE). Merupakan organisasi yang beranggotakan 20 remaja. Dengan rentang usia 15-25 tahun. Dengan beragam kegiatan dari sekolah sampai bekerja, dengan status pelajar hingga berkeluarga.
Rentang usia tak jadi hambatan. Kegiatan rutin dilakukan tiap tahun, seperti 17 Agustus. Setelah itu, tidak ada kegiatan lain. Hasil pemetaan, remaja GWE butuh kegiatan yang bisa menghasilkan peluang penghasilan untuk organisasi. Agar eksistensi tak hanya hari-hari besar yang dirayakan di kampung. Pada perkembangan remaja, terjadi perubahan besar pada perkembangan kognitif, fisik, psikologis seperti emosional dan sosial.
Pada aspek sosial, remaja memiliki kebutuhan memperteguh identitas diri dan kebutuhan diakui oleh lingkungan. Dilihat dari sisi psikologi, remaja membutuhkan pencapaian. Seperti terlihat menonjol serta mengembangkan identitas diri, kemampuan beradaptasi agar diterima di lingkungan, mengembangkan kompetensi sekaligus mencari jalan untuk mendapatkannya dan berkomitmen pada tujuan yang dibuat.
Ini peluang terlibat aktif. Sebagai agen perubahan sosial dan memperkuat empowernment community. Peluang penguatan identitas sosial secara positif di kegiatan peduli lingkungan. Sekaligus mendapat pengakuan dan penerimaan positif dari lingkungan hingga meningkatkan kepercayaan diri dan konsep diri positif.
Melihat kebutuhan eksistensi dan sifat generasi milenial, remaja GWE dirancang sebagai agen perubahan sosial berbasis online. Juga dipersiapkan sebagai narasumber, narahubung terkait kegiatan peduli lingkungan kampung payung. Mereka dirancang fokus pada sosialisasi melalui media sosial IG, Tiktok dan aktifasi email organisasi.
Dibekali pengetahuan terkait sampah dan keterampilan mengolah sampah organik menjadi kompos. Produksinya berupa kompos. Dipasarkan ke warga kampung dan online. Hasilnya sebagai pemasukan kas organisasi.
Daniel, Ketua Karang Taruna Kampung Payung Kertas, menyatakan. “Terima kasih kepada pengabdian dosen dari Fisip UB. Karena saat pandemi seperti ini, kebersihan adalah prioritas utama. Kita juga dibina dan disosialisasi wawasan pengelolaan sampah. Minimal bila kampung bersih, kesehatan tetap terjaga. Pengelolaan sampah juga berguna untuk kemajuan kampung melalui penjualan pupuk kompos yang dimasukan kas,” ujarnya. (yan)