Malang Post – Hangatnya suasana Yogyakarta, juga tersaji dalam dinginnya Kota Batu. Ya. Suasana itu kini dapat dinikmati di Angkringan ‘Asli Jogja’. Berada di komplek markas Among Tani Foundation (ATF), Jl Hasanudin 22, Kota Batu.
Selain menyajikan kuliner khas Yogyakarta, Angkringan Asli Jogja turut menawarkan suasana Jogja. Ini karena, sejauh mata mandang, ornamen khas Jogja turut disajikan dalam angkringan tersebut. Lantunan tembang Jawa semakin menambah kentalnya nuansa Jogja.
Ketika memasuki lokasi, pengunjung disambut empat patung kolega Punokawan. Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Patung itu semuanya berukuran sedang. Selain itu, juga ada dua patung semar berukuran besar. Tak hanya itu, andong khas Yogyakarta Hadyodiningrat juga dipajang. Semakin menegaskan eloknya angkringan ini.
Tak berhenti di situ, Angkringan Asli Jogja memboyong langsung peracik wedang (minuman.red) dan makanan dari daerah asal. Bahkan alat makan, gerabah dan segala ‘tetek bengek’ yang berkaitan dengan angkringan diboyong langsung dari Kota Gudeg.
Pengurus Angkring Asli Jogja, Ester Tambunan menjelaskan, dibuatnya angkringan Asli Jogja bertujuan untuk membawa masyarakat Kota Batu dalam hangatnya suasana Jogja. Apalagi saat ini sedang pandemi dan PPKM sehingga mobilitas masyarakat yang ingin melancong sangat terbatas.
“Yang jelas angkringan ini berbeda dengan angkringan lain yang ada di Kota Batu. Makanan yang kami bawa ke sini benar-benar khas Jogja. Nasi kucing, sate kulit, rempolo ati, tempe mendoan dan berbagai menu makanan lain,” sebut Ester, Kamis (19/8/2021).
Selain menyajikan 17 menu makanan khas Jogja. Angkringan Asli Jogja juga menyajikan berbagai minuman khas yang dibuat dengan resep sendiri. Resep minuman itu dibuat oleh orang asli Jogja dan pertama kali di jual di Angkringan Asli Jogja.
“Untuk minuman menu andalannya adalah wedang uwuh, wedang blung, wedang jahe dan susu rempah. Semua racikan sendiri. Diracik langsung oleh orang Jogja yang kami bawa. Untuk minuman total ada 13 minuman yang kami sajikan,” bener Ester.
Minuman yang berasal dari bahan rempah-rempah tersebut dipercaya berkhasiat untuk meningkatkan imun tubuh. Karena terbuat dari rempah pilihan. Seperti jahe, kunir, serai, jeruk nipis dan berbagai macam rempah-rempah pilihan lain.
Menu-menu tersebut dibandrol dengan harga yang merakyat. Mulai harga Rp 2 – Rp 12 ribu. Angkringan itu buka saben hari. Mulai pukul 15.00 – 21.00 WIB berlaku selama PPKM.
Penyajian makan di Angkringan Asli Jogja juga berbeda dengan angkringan lain. Untuk makanan disajikan di atas piring lidi dilapisi daun pisang. Sebelum disajikan makan dibakar terlebih dahulu. Ada dua bumbu pilihan, pedas dan sedang.
“Disini yang paling dicari adalah nasi kucing. Sedangkan untuk minuman, yang paling banyak dicari adalah wedang uwuh dan kopi jos,” bener Ester.
Lebih lanjut, untuk masalah bahan baku. Karena angkringan tersebut mengusung kentalnya nuansa Jogja. Tak jarang juga mengalami kesulitan untuk mencari bahan baku. “Ada salah satu minuman yang menggunakan 13 bahan baku. Sedangkan yang ada di Kota Batu hanya ada dua bahan baku. Maka mau tidak mau, kami harus mengambil bahan baku langsung dari Jogja,” ungkap Eseter.
Kedepannya, selain menyajikan kuliner khas Jogja. Angkringan Asli Jogja bakal menghadirkan makanan dan minuman khas Kota Batu. Seperti ketan dan susu murni. “Saat ini kami sedang observasi makanan apa saja yang cocok dihadirkan di angkringan ini,” katanya.
Pramusaji Angkringan Asli Jogja, Fauzan menceritakan bagaimana dirinya bisa sampai ke Kota Batu. “Sebelumnya ada teman yang menawari di Kota Batu ada yang mau buka angkringan. Tapi semuanya harus berasal dari Jogja,” katanya.
Dengan adanya info tersebut, apalagi angkringan miliknya yang ada di Klaten sangat terdamak selama pandemi Covid-19. Cak Bejo sapaan akrab Fauzan tak berpikir lama. Sehingga dia langsung mau untuk mencoba tantangan baru. Dengan menjadi pramusaji di Angkringan Asli Jogja.
“Sebelumnya saya jatuh bangun jualan di angkringan saya sendiri. Selama empat tahun membuka angkringan, saya sudah tutup (bangkrut) sebanyak tiga kali. InsyaAllah rezeki saya ada disini,” tutur Cak Bejo.
Cak Bejo membeberkan, untuk meracik wedang ataupun makan dia hanya belajar secara otodidak. Tidak pernah ada yang mengajari ataupun sekolah angkringan. “Di Jogja itu ada sekolah angkringan. Belajar cara meracik kopi dan wedang. Saya tidak sekolah itu bahkan saya juga tidak sekolah resep,” tandasnya. (yan)