Malang Post – Lonjakan pasien Covid-19 sempat terjadi di sejumlah daerah. Berdampak pada peningkatan kebutuhan oksigen.
Tingginya permintaan tambahan suplai oksigen sempat terkendala di beberapa daerah. Konsentrator oksigen pun menjadi alternatif. Dinilai dapat menolong pasien yang membutuhkan oksigen.
Alat ini merupakan salah satu penopang suplementasi oksigen. Mengingat kadar oksigen pada udara bebas umumnya berkisar 21 persen saja. Dengan alat ini, kebutuhan pasien ditopang hingga 90 persen. Sehingga dirasa sangat penting kegunaannya di kala pandemi covid.
Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pun bergerak. Dibantu mahasiswa Mochamad Arief Allifudin (tim peneliti) semester 7, Ainurrahman (Ketua Umum Sema Fakuktas Saintek) semester 7 dan Muhamad Habibullah ( Ketua Umum Dema Fakultas Saintek) Semester 7 menciptakan oksigen konsentrator.
Proyek ini kerjasama antara dosen dan OMIK (Organisasi Mahasiswa Intra Kampus) Fakultas Saintek. Sebagai bentuk pengabdian masyarakat. Bertujuan membantu masyarakat menghadapi pandemi.
Alat tersebut dipresentasikan kepada Rektor UIN Maliki, Prof Dr HM Zainuddin MA bersama jajarannya. Berkesempatan hadir Kapolresta Malang AKBP Bhudi Hermanto SIK M.Si. Wakil Dekan Fakultas Saintek, Dr Imam Tazi MSi selaku pembimbing tim mahasiswa tersebut, menjelaskan inovasi tersebut.
Sekitar sebulan lalu, motivasi diberikan Menteri PMK, Muhajir Efendi. Menganjurkan kampus untuk membuat konsentrator oksigen. Karena saat itu sangat dibutuhkan. Dr Imam Tazi pun merespon cepat.
“Kita cari referensi dan literatur jurnal yang mendukung. Setelah kita pelajari, kita temukan dan kita rancang,” ujarnya.
Harapannya, alat ini berguna bagi penderita covid yang butuh oksigen konsentrator. Jika kelangkaan tabung oksigen tidak juga menurun, pihaknya siap memproduksi alat ini lebih banyak.
“Seperti kata Pak Kapolresta yang ingin alat ini ada di kampung-kampung tangguh atau tempat yang membutuhkan,” imbuh Imam Tazi.
Ainurrahman, salah satu anggota tim, Rabu (18/8/2021) menuturkan. “Awalnya, salah satu dosen kami, menyampaikan akan membentuk tim pembuatan alat bantu oksigen. Untuk pengabdian masyarakat,” ujarnya.
Cara kerja alat ini, prinsipnya menghilangkan nitrogen dari udara. Agar menghasilkan oksigen murni hingga 90 %. Karena udara bebas umumnya hanya mengandung 21 persen oksigen. Sisanya, adalah nitrogen dan gas atau partikel lain.
“Kelebihan alat ini, bisa digunakan 24 jam non stop,” jelasnya.
Sementara itu Mochamad Arief Allifudin (tim peneliti) melanjutkan. Setelah diserap, udara bebas akan disaring lebih dulu.
Partikel-partikel yang berukuran lebih dari 5 mikron, akan terperangkap. Sehingga tak dihirup oleh manusia. Kemudian, udara ini dikompresi untuk meningkatkan tekanannya.
“Selama proses kompresi, mekanisme pendingin terus berjalan. Agar menjaga konsentrator dari overheating dan meningkatkan performa PSA,” ungkapnya. (yan)