Malang Post – Bagi seseorang yang berjuang melawan penyakit autoimun, banyak gejala yang dirasakan. Membuat tidak nyaman. Sering berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari. Banyak jenis penyakit autoimun. Namun, semuanya memiliki satu kesamaan. Menyerang sel-sel sehat di dalam tubuh.
Pada kasus autoimun ini, ketika sistem imun malah menyerang sel sehat di dalam tubuh manusia. Inilah yang menyebabkan seseorang menderita penyakit autoimun. Penyakit ini tergolong kompleks dan sulit disembuhkan.
Terlepas dari penyakit apa pun yang diderita. Tubuh akan menjadi lebih baik, dimulai dengan diet makanan. Lantaran, tidak semua makanan bisa dikonsumsi oleh penderita autoimun. Berikut ini makanan yang sebaiknya dihindari dan penjelasannya.
1. Makanan mengandung gluten. Ini jenis makanan pertama yang perlu dihindari oleh penyandang autoimun. Pasalnya, menurut sebuah penelitian pada tahun 2012, mengonsumsi gluten bisa memicu gangguan daya serap mukosa usus. Nah, gangguan ini sangat berpengaruh erat pada penyakit autoimun.
2. Makanan jenis Nightshades Plants atau Solanoceae. Penyandang autoimun sangat perlu menghindari makanan dengan jenis ini. Beberapa makanan tersebut diantaranya: tomat, cabai, kentang, paprika dan masih banyak lagi. Karena mengonsumsi makanan jenis ini, bisa memperburuk kondisi kesehatan penyandang.
3. Seafood. Ini makanan terakhir, yang tidak baik dikonsumsi. Antara lain: udang, kepiting, kerang dan berbagai jenis ikan laut. Bila penderita autoimun ingin mengonsumsi ikan, pastikan tidak berasal dari laut atau tidak tercemar logam berat. Agar baik dan tidak memberikan reaksi buruk pada kesehatan.
Selain menghindari jenis makanan tertentu dan melakukan diet, ada lagi sebuah metode. Yaitu, autophagy atau autofagy. Metode ini, pertama kali diperkenalkan ilmuwan Jepang, Yoshinori Ohsumi
Dr Yoshinori Ohsumi, menerima penghargaan Nobel bidang fisiologi kedokteran. Karena berhasil menemukan mekanisme di balik proses sel-sel tubuh manusia yang hancur dan kemudian mendaur ulang bagian sel mereka sendiri secara terus-menerus. Proses yang terjadi pada sel-sel tubuh ini, dikenal sebagai autophagy.
Penemuan ini ternyata sangat mudah dilakukan. Konsep autophagi adalah, membuat tubuh lapar. Ketika tubuh lapar, sel-sel tubuhnya pun ikut lapar. Sel-sel yang lapar ini akan memakan sel-sel dirinya yang sudah tidak beguna lagi atau sel-sel yang telah rusak atau sel mati.
Sel mati ini, tidak akan menjadi sampah lagi bagi tubuh. Karena telah berubah menjadi sel sehat dan aktif. Dengan demikian, tidak akan menghasilkan sesuatu yang bisa membahayakan tubuh. Sistem ini adalah, mekanisme pada tubuh yang sedang berpuasa. Akan membersihkan dirinya sendiri.
Yoshinori Ohsumi membuktikan dan menemukan. Ketika seseorang lapar atau sedang berpuasa dalam jangka waktu tidak kurang dari 8 jam dan tidak lebih dari 16 jam, maka tubuh akan membentuk protein khusus di seluruh tubuh yang disebut autophagisom.
Dalam bahasa sederhana, autophagisom adalah sapu raksasa. Mengumpulkan sel-sel mati yang tidak berguna dan bisa membahayakan tubuh, lalu dihancurkan. Sel-sel mati ini banyak dihasilkan oleh sel kanker dan sel berbentuk kuman. Seperti virus atau bakteri penyebab penyakit. Protein autophagisom tersebut, menghancurkan dan memakan sel-sel berbahaya tersebut, lalu mengeluarkannya.
Kesimpulan dari riset ini, Yoshinori Ohsumi menyarankan. Agar seseorang bisa menjalani praktik melaparkan diri atau berpuasa minimal dua atau tiga kali dalam seminggu. (yan/berbagai sumber)