Malang-Post – Peduli kelestarian lingkungan, dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memberikan pengetahuan tentang pengolahan sampah rumah tangga. Melalui Program Pengabdian Fakultas, tim dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMM melangsungkan pelatihan dengan tema “Gerakan Produktif Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga Melalui Eco-Enzym”.
Melalui Humas UMM, Jumat (25/6/2021) disampaikan. Kali ini agenda tersebut dilaksanakan di Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jumat (18/6/2021).
Aktivitas pengabdian masyarakat itu diinisiasi oleh Dra Dwi Susilowati M.Si, Venus Kusuawardhana SE MM dan Dhurotus Sangadah SE MM.
Mereka bertiga tergabung dalam satu tim. Menggandeng kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai mitra.
“Kami berusaha sebaik mungkin untuk berusaha meningkatkan produktifitas masyarakat setempat,” terang Dwi Susilowati.
Dwi, panggilan akrabnya menjelaskan bahwa pelatihan itu dihadiri puluhan peserta dari kalangan ibu-ibu. Adapun narasumber yang disiapkan adalah mereka yang sudah ahli dan berpengalaman dalam bidang pengembangan eco-enzym.
“Kami sengaja mengangkat eco-enzym karena berawal dari keprihatinan akan semakin rusaknya lingkungan,” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan dan juga pengalaman baru, utamanya ibu-ibu PKK Desa Mulyoagung. Ia juga berharap agar apa yang didapat di agenda ini bisa disebarluaskan ke masyarakat lain sehingga manfaatnya bisa dirasakan di seluruh lapisan.
Dhurotus Sangadah, salah satu pemateri memaparkan bahwa limbah rumah tangga bisa dimanfaatkan dengan baik melalui eco-enzym. Jika dilihat dari aspek ekonomi, bahan ini dapat menekan dan menghemat pengeluaran rumah tangga. Hal itu tidak lepas dari kegunaannya sebagai pengganti handsanitizer, sabun mandi, sabun cuci piring, bahkan juga pupuk alami.
Sementara itu, pemateri lainnya, Gung Endah menerangkan bagaimana cara membuat eco-enzym dengan bahan-bahan yang mudah didapat. Beberapa di antaranya adalah sayur-sayuran, buah-buahan, air gula merah dan tetes tebu atau molase. Adapun persentase bahan itu terdiri dari tiga liter sayur dan buah, satu liter gula merah dan tetes tebu, dan yang terakhir adalah sepuluh liter air.
Menariknya, pada pelatihan itu para peserta tidak hanya menerima gambaran teori saja. Mereka juga langsung mempraktekkan pembuatan eco-enzym dengan bimbingan para pemateri.
“Proses yang digunakan dari bahan mentah menjadi eco-enzym memakan waktu sekitar tiga bulan. Setelah itu, bahan ini sudah bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Gung Endah. (yan)