
Ameg- Universitas Brawijaya (UB), Malang, dapat menjadi kampus percontohan yang baik pada sistem penerimaan mahasiswa baru di tengah pandemi virus korona (Covid-19). Calon mahasiswa yang mengikuti tes masuk tidak harus melakukan tes swab.
Mereka hanya perlu melakukan tes suhu dan menjaga jarak sesuai protokol kesehatan (prokes). Sebab, swab antigen dinilai masih berbiaya mahal bagi sebagian keluarga calon mahasiswa.
Menurut Dede, sistem seperti ini sangat baik. Semua kampus bisa mencontoh UB dalam menerapkan prokes. Apabila masker yang dikenakan siswa tidak standar, akan diganti kampus dengan yang standar.
“Tadi Wali Kota Malang mengatakan, mereka datang ke sini rata-rata sudah berhari-hari. Ke pasar dan mal saja tidak perlu swab antigen. Masa ini ujian yang menyangkut masa depan dia harus di-swab. Uang Rp 250 ribu sebagai biaya swab cukup besar buat para siswa,” papar politisi Partai Demokrat ini.
Dede mengaku pernah menegur pihak kementerian yang mengharuskan rapid test berbiaya mahal bagi calon mahasiswa. Akhirnya kementerian mengeluarkan edaran yang memboleh swab dengan GeNose yang lebih murah.
“Kalau sampai si calon mahasiswa terindikasi positif, kasihan. Ini, kan, menyangkut masa depan mereka. Apa yang dilakukan Wali Kota Malang dan UB bisa dijaikan contoh buat yang lain (perguruan tinggi lain-red). Kita berhati-hati saja dalam prokes, bukan (biaya) rapid-nya,” terangnya.
Sementara itu sebelumnya Wali Kota Malang Sutiaji memberi penjelasan alasan ditiadakannya pemeriksaan swab, salah satunya adalah memudahkan calon mahasiswa dari berbagai daerah yang sudah tinggal berhari-hari di Malang untuk ikut UTBK (ujian tulis berbasis komputer).
“Jika di-swab dengan biaya mahal lalu terdeteksi positif Covid-19, pasti para siswa kehilangan momen berharganya,” ujarnya.
Jadi, pemerintah setempat dan otoritas kampus hanya mengukur suhu, agar semua bisa mengikuti ujian. Jika bersuhu tinggi atau terdeksi Covid-19, cukup ditempatkan di ruang khusus dan mendapat pengawalan saat pulang. (ekn)